Reporter: Herlina KD | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Produsen pengguna kakao sepertinya boleh sedikit lega. Pasalnya, harga kakao dunia mulai terkoreksi. Berdasarkan data Bloomberg harga kakao untuk pengiriman Maret 2011 di Bursa ICE New York akhir pekan lalu ada di level US$ 2.887 per ton. Padahal, pada awal pekan lalu (6/12) harga kakao untuk pengiriman yang sama masih ada di level harga US$ 3.065 per ton.
Pekan lalu, ABN Amro Bank NV dalam laporannya menyebutkan, produksi kakao di Afrika diperkirakan naik 6,7% menjadi 2,6 juta ton pada musim panen yang dimulai 1 Oktober 2010 lalu. Hal ini membuat harga kakao sedikit tertekan. Situasi politik di Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia yang sedang memanas akibat pemilu memiliki potensi untuk memicu isu pasokan jangka pendek. "Namun pada kenyataannya panen di Afrika barat sangat baik, " ujar Emanuel Jayet, Kepala Komoditas Pertanian Societe Generale SA seperti dikutip Bloomberg.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang menyatakan, peningkatan produksi kakao di Afrika memang bisa menekan harga kakao secara global. Tapi, "Produksi kakao tahun ini tidak terlalu besar karena gangguan cuaca. Di Indonesia produksi juga tidak naik, sehingga peluang harga tertekan sangat kecil," ungkapnya kepada KONTAN Senin (13/12).
Ia menambahkan, peningkatan panen kakao di Afrika memang akan menambah suplai kakao dunia. Tapi, di sisi lain permintaan kakao dunia juga terus meningkat. "Konsumsi kakao dunia meningkat sekitar 3% per tahun. Sementara pasokannya sedikit, sehingga harga hanya akan terkoreksi sebentar," jelas Zulhefi.
Ketua Asosiasi petani kakao Indonesia A. Sulaiman Husain juga sepakat dengan Zulhefi. Menurutnya, naiknya produksi kakao di Afrika sudah pasti akan mempengaruhi harga kakao dunia. Meski begitu, "Pengaruhnya tidak terlalu signifikan karena produksi kita berkurang. Sehingga masih ada potensi kenaikan harga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News