kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga kakao naik, Wahana Interfood (COCO) masih yakin kinerja akan tumbuh


Minggu, 08 Desember 2019 / 11:28 WIB
Harga kakao naik, Wahana Interfood (COCO) masih yakin kinerja akan tumbuh
ILUSTRASI. Pabrik PT Wahana Interfood Nusantara Tbk. Walau harga kakao naik, Wahana Interfood (COCO) masih yakin kinerja akan tumbuh.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kakao premium dan cokelat, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) optimisti kinerja mampu tumbuh di tengah gempuran yang dihadapi industri kakao di tahun ini dan tahun depan.

Salah satu tantangan yang dihadapi industri kakao adalah naiknya harga referensi dan harga patokan ekspor (HPE) di Desember 2019 sebesar  1,10% menjadi US$ 2.527,64/MT dari bulan sebelumnya yaitu sebesar US$  2.500,16/MT.

Tentunya hal ini berdampak pada peningkatan HPE biji kakao sebesar 1,2%  menjadi US$ 2.240/MT dari periode sebelumnya sebesar US$ 2.213 per MT.

Baca Juga: Ekspor kakao makin seret, AIKI proyeksi bisnis kakao menurun di 2020

Sekretaris Perusahaan Wahana Interfood Nusantara, Gendra Fachrurozi menyatakan, dampak kenaikan harga referensi dan HPE di Desember 2019 mempengaruhi harga jual produk cocoa dan turunannya.

"Akan tetapi Wahana Interfood memiliki kekuatan untuk menghadapi harga jual yang naik," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumar (6/12).

Gendra menjelaskan Wahana Interfood memiliki fasilitas produksi dari biji kakao yang bisa menyelamatkan harga jual cokelat di pasar menjadi lebih kompetitif. Terlebih lagi di tengah kondisi harga biji kakao seperti ini.

Secara umum, terlepas dari naiknya harga referensi biji kakao sebesar 1%, potensi penjualan coklat di Indonesia masih sangat luas. Gendra melihatnya dari jumlah konsumsi coklat dalam negeri yang hanya 0,5 kg per kapita per tahun.

Baca Juga: Kebutuhan Kakao Uni Eropa Terus Bertambah: Peluang Emas Untuk Indonesia

Konsumsi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan  Singapura dan Malaysia yang sudah lebih dari 1 kg per kapita per tahun.  Bahkan di Eropa bisa melebihi 8 kg per kapita per tahun. Potensi ini dikatakan Gendra sebagai pintu masuk untuk menggalakkan produk-produk unggulan COCO.

Ke depannya, COCO akan lebih aktif melakukan demo aplikasi membuat kue di toko-toko bahan kue di kota-kota tempat distribusi. Selain itu, Gendra menyatakan, Wahana Interfood sudah mulai memanfaatkan e-commerce untuk membantu pemasaran produk agar produk semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Di tahun depan, Wahana Interfood melihat bisnis harus tahan menghadapi pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu.

Baca Juga: Kemendag dorong industri dan perdagangan pengolahan kakao dan cokelat

Meski demikian, Gendra yakin industri makanan dan lifestyle tetap tumbuh signifikan setiap tahun dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk golongan menengah serta adanya pengaruh digital media.

Wahana Interfood optimisti pertumbuhan konsumsi masih positif di tahun depan terutama untuk produk turunan kokoa yang di mana menjadi fokus COCO saat ini.

Nah, di tahun depan COCO mematok target penjualan sebesar 20%. Hal ini dapat tercapai dengan pembukaan jalur distribusi sendiri yang berada di wilayah Indonesia Timur. Adapun perusahaan berencana untuk masuk ke dalam bidang distribusi sehingga COCO dapat mendistribusikan produk-produknya secara mandiri.

Baca Juga: Malaysia: Aturan baru Uni Eropa bisa menekan penggunaan minyak sawit dalam makanan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×