kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga karet belum kembali pulih, ini penjelasan Dekarindo


Senin, 02 April 2018 / 20:30 WIB
Harga karet belum kembali pulih, ini penjelasan Dekarindo
ILUSTRASI. Petani menyadap getah karet


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski penerapan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) atau pembatasan ekspor karet telah dilakukan, tetapi harga karet belum kembali melonjak.

Berbagai permainan dinilai membuat harga karet tertahan. Permainan tersebut akibat kurangnya pengawasan walaupun AETS telah disepakati oleh tiga negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

"Thailand satu daratan dengan China sebagai pembeli karet terbesar, mereka lewat darat kita tidak tahu tidak ada yang bisa kontrol," ujar Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo), Azis Pane kepada Kontan.co.id, Senin (2/4).

Kurangnya partisipasi negara lain dalam penerapan AETS pun dinilai menjadi faktor kegagalan. Negara yang berpartisipasi dalam AETS saat ini merupakan negara produsen terbesar pertama, kedua dan kelima dunia.

Sementara produsen terbesar ke tiga di dunia yaitu Vietnam dan terbesar ke empat, India, tidak ikut serta dalam AETS. Oleh karena itu penerapan AETS dimanfaatkan oleh Vietnam untuk menjual produksi karetnya ke China.

"Vietnam produksi 980.000 ton per tahun dan ekspor mencapai 1,1 juta ton," terang Azis.

Kekurangan produksi itu didapatkan oleh Vietnam dengan membeli dari Laos. Azis bilang sebagai negara yang tidak berkomitmen dalam AETS, Vietnam dapat dengan leluasa untuk menjual karet ke China.

Oleh karena itu Azis menyarankan agar pemerintah membentuk konsorsium negara Asia Tenggara untuk melindungi industri karet. Azis bilang dengan adanya ASEAN sebagai badan yang menaungi Asia Tenggara akan memberikan kekuatan politis untuk mengawasi perdagangan karet.

Selain itu, produksi karet negara Asia Tenggara mencapai 80% pasar dunia. "AETS yang dibuat ITRC tidak akan efektif, hanya akan efektif kalau dibuat ASEAN Consortium," jelas Azis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×