Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Melemahnya ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa menyeret harga komoditas. Harga komoditas yang ikut turun adalah karet dan kopi. "Hari ini saja harga karet di Jepang turun ikut harga minyak yang turun," kata Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) kepada KONTAN, Selasa (9/8).
Di SICOM (Singapore Commodity Exchange) harga karet berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga SGD 468 per kg dari harga sebelumnya SGD 476 per kg. Banyak prediksi menyebutkan, harga harga karet berpotensi naik lagi karena ada gangguan pasokan karet dari Thailand.
Thailand sebagai basis produksi terbesar karet dunia melaporkan mengalami badai tropis di daerah Nock Ten, Thailand Utara. Badai itu biasanya membawa hujan lebat yang akan menganggu proses penyadapan karet.
Kondisi yang sama juga terjadai pada harga Kopi. Pada penutupan perdagangan di NYMEX, harga Kopi untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga US$ 2,34 per pounds atau melemah 0,038 poin.
Pelemahan harga komoditas ini dikhawatirkan akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Sebab, dua komoditi tersebut merupakan komoditas andalan ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. "Harus ada kerja keras untuk mengatasinya dan mencari pasar alternatif," ujar Deddy Saleh, Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kementrian Perdagangan.
Namun begitu, Suharto menilai sampai saat ini belum terdeteksi adanya pelemahan ekspor karet akibat melemahnya kondisi ekonomi AS tersebut. "Pelemahan ekonomi AS masih terkait dengan surat utang belum kepada ke perusahaannya," jelas Suharto.
Tahun lalu, volume ekspor karet Indonesia mencapai 2,35 juta ton. Dari Jumlah itu sebanyak 23,2% atau sekitar 546,5 ribu ton diekspor ke AS. Tahun ini, ditargetkan ekspor karet bisa mencapai 2,5 juta ton. "Kita masih belum bisa memprediksi berapa ekspor ke AS. Optimis target ekspor karet bisa tercapai," jelas Suharto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News