Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Koreksi harga karet internasional yang terjadi saat ini sepertinya hanya akan berjalan sementara. Pasalnya, stok karet internasional semakin menipis. Produsen pengguna karet pun mulai berancang-ancang untuk menaikkan harga produknya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga karet alam di Bursa Tokyo Commodity untuk pengiriman April 2011 Senin (28/2) ada di level 495 yen per kg. Harga ini melorot sekitar 9% ketimbang harga tertinggi yang pernah dicapainya pada (17/2) lalu yang sebesar 543,70 yen per kg. Penurunan harga karet ini diperkirakan hanya sebagai ancang-ancang untuk melompat ke harga yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil survei Goldman Casch Group Inc dan Bloomberg seperti dikutip Bloomberg Senin (28/2) meramalkan harga karet alam internasional akan kembali terkerek naik. Pasalnya, panen karet di Thailand, Indonesia dan Malaysia pada paruh kedua tahun ini tak akan mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya. Alhasil, dalam perkiraan Goldman Sach, cadangan karet alam dunia pada saat itu hanya akan mampu memenuhi kebutuhan karet untuk 69 hari.
Akibatnya, kenaikan harga karet alam pun tak terhindarkan. Berdasarkan hasil survei ini, Goldman Sach memperkirakan harga karet akan menyentuh 605 yen per kh atau setara dengan US$ 7.407 per ton pada Desember tahun ini.
Analis Goldman Sach Yuichiro Isayama dalam survei ini mengungkapkan curah hujan yang tinggi diluar kondisi normal yang terjadi di Asia Tengggara, yang menyuplai 70% dari kebutuhan karet dunia mengalami gagal panen beberapa bulan yang lalu.
Sehingga, "Meski petani menggenjot produksi hingga 9% pada tahun ini, tapi tetap tidak akan bisa menekan kekurangan pasokan. Sebab permintaan naik ke level tertinggi setidaknya sejak tahun 2000 lalu," ujarnya seperti dikutip Bloomberg Senin (28/2).
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo mengungkapkan koreksi harga karet yang terjadi saat ini disebabkan karena adanya spekulasi melambatnya perekonomian akibat adanya krisis politik di negara-negara Timur Tengah. Alhasil,"Para trader melepas stoknya ke pasaran dan membuat harga menjadi sedikit terkoreksi," ujarnya kepada KONTAN Senin (28/2).
Meski begitu, ia bilang ada banyak faktor yang bisa mendongkrak harga karet alam "Suplai karet dari Thailand, Malaysia dan Sumatra Utara menjadi berkurang sehingga tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan," jelasnya.
Ketua Dewan Karet Nasional Azis Pane menambahkan akibat masih mengalami anomali cuaca, maka negara produsen karet dunia yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia hanya bisa memasok 40% dari kebutuhan karet alam dunia. "Karenanya harga karet sekarang melambung tinggi, padahal normalnya harga karet berada di kisaran US$ 2,3 - US$ 3,5 per kg," kata Azis.
Meski krisis politik di Timur Tengah diperkirakan membuat ekonomi melambat, namun di sisi lain kenaikan harga minyak dunia yang diakibatkan dari krisis politik di Timur Tengah ini juga ikut mendongkrak harga karet alam. Pasalnya, "Kalau harga minyak naik, maka harga polyester sebagai bahan baku karet sintetis juga ikut naik. Sehingga banyak orang beralih ke karet alam," ujar Azis.
Karenanya, Azis membenarkan prediksi kenaikan harga karet hingga US$ 7,407 per ton di akhir tahun nanti. Sebab, "Tidak ada yang tahu secara pasti krisis politik di Timur Tengah kapan akan berakhir, sementara itu harga minyak dunia juga terus melambung," katanya.
Akibat kemungkinan harga karet yang akan terus melambung ini, para produsen pengguna karet sudah mulai menaikkan harga jual produknya. Bridgestone Corp dan Michelin & Cie misalnya, produsen ban terbesar di dunia ini akan menaikkan harga jual produknya hingga 15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News