Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Tak dipungkiri, masuknya sebuah pengembang di suatu lokasi memang menjadi faktor pendorong kenaikan harga tanah. Contohnya saja, harga lahan yang dimasuki oleh Ciputra Group di sejumlah kawasan.
Seperti proyek Citra Raya di Tangerang. Ciputra mulai menggarap lahan ini di tahun 2010. Pada saat itu, rata-rata harga atau average selling price (ASP) tanahnya berkisar Rp 602.000 per meter persegi. Namun di tahun 2014 kemarin, ASP -nya melonjak hingga enam kali lipat menjadi Rp 3,63 juta per meter persegi.
Begitu pun dengan, proyek Citraland Surabaya yang mulai digarap tahun 2010 lalu. Saat itu, ASP-nya masih Rp 2,32 juta per meter persegi. Namun tahun lalu, harganya telah naik lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp 8,6 juta per meter persegi.
Tulus Santoso, Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk menjelaskan, kenaikan ASP memang menjadi hal yang rutin terjadi setiap tahun. "Bisa lebih tinggi lagi kalau ada pembangunan infrastruktur seperti jalan tol di dekatnya," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Namun, kata dia, naiknya ASP tidak selalu terjadi setiap tahun. Tulus bilang, puncak tertinggi kenaikan ASP tanah terjadi pada periode 2012-2013. Setelah itu, kenaikannya sedikit melambat seiring tekanan makro dan sejumlah kebijakan pemerintah yang mengerem laju pertumbuhan properti.
Satu hal yang juga perlu dicatat adalah, kenaikan tinggi itu hanya terjadi pada proyek-proyek yang memang sepenuhnya dikerjakan sendiri oleh Ciputra Group. Sementara, proyek yang dikerjakan bersama pihak lain dengan skema kerjasama operasi, beberapa diantaranya tidak mengalami kenaikan setinggi proyek sendiri.
Misal, proyek Citra Garden Banjarmasin. Tahun 2010, ASP tanah atas proyek ini Rp 1,7 juta per meter persegi. Pada tahun lalu, kenaikannya tidak mencapai 2 kali lipat, menjadi Rp 3,26 juta per meter persegi.
Lalu, ada proyek Citra Grand City Palembang. Kenaikannya juga tidak mencapai dua kali lipat, hanya menjadi Rp 2,35 juta per meter persegi dari semula Rp 1,32 juta per meter persegi dalam kurun waktu empat tahun.
Bahkan, proyek Citra Indah Sidoarjo mengalami sedikit penurunan. Harga jual tanah di proyek tersebut pada tahun 2010 mencapai Rp 2,39 juta per meter persegi, dan pada tahun 2014, turun tipis menjadi Rp 2,3 juta.
"Ini terjadi lebih karena soal lokasi. Tidak seperti proyek bersama, proyek sendiri yang kami kerjakan banyak di kawasan Jakarta dan sekitarnya, serta Surabaya. Kota-kota ini kenaikan harga tanahnya memang sangat cepat seiring permintaan yang tinggi dan ketersediaan lahan, supply and demand," tutur Tulus.
Meski tahun ini pertumbuhan properti masih belum bisa kembali melaju kencang, namun manajemen optimistis jika ASP lahan bakal terus meningkat. Apa pun kondisinya, populasi masyarakat terus meningkat yang artinya permintaan akan properti juga tidak akan pernah hilang.
Tulus memprediksi, secara industri kenaikan harga tanah tahun ini sekitar 10% hingga 15%. "Kenaikannya sekitar 10%-15%, sejalan dengan tingkat inflasi sajalah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News