Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Atas kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia meminta agar pemerintah memperhatikan dampak terhadap pasar dan harga batubara. Hendra khawatir, jika produksi jadi ditambah, harga batubara akan semakin melemah.
Apalagi dengan tingkat produksi seperti saat ini saja, Hendra menyebut pasar masih ada dalam kondisi yang oversupply. "Jadi bertambahnya produksi pastinya akan sangat berpengaruh (terhadap pelemahan harga)," kata Hendra ke Kontan.co.id, Minggu (15/9).
Hendra pun menduga, 34 perusahaan yang sebelumnya telah mengajukan tambahan kuota produksi tengah berpikir ulang. Sebab, rencana produksi perusahaan akan menyesuaikan dengan kondisi pasar dan harga saat ini, juga proyeksi ke depan.
"Pergerakan harga saat ini mungkin membuat perusahaan berpikir ulang. Karena pergerakan saat ini dan outlook ke depan akan mempengaruhi rencana produksi," ungkapnya.
Baca Juga: Indo Tambangraya Megah (ITMG) akan permak jalan untuk truk tambang di Kaltim
Senada dengan itu, Ketua Indonesia Mining & Energi Forum (IMEF) Singgih Widagdo meminta pemerintah untuk berhati-hati dalam menyetujui tambahan kuota produksi. "Total Volume produksi nasional sangat sensitif atas kondisi pasar yang oversupply saat ini," katanya.
Sementara itu, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif juga mengatakan, kenaikan jumlah produksi yang signifikan dipastikan akan berpengaruh pada harga batubara. Dengan kondisi saat ini, Irwandy memprediksi harga batubara pada tahun ini hanya akan berada di kisaran US$ 60-US$ 80 per ton.
"Jadi kita lihat nanti bagaimana perimbangan naik turunnya produksi per perusahaan terkait kondisi ini," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News