Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Pertamina cukup khawatir terhadap laju penurunan harga minyak dunia. Pasalnya, harga minyak dunia yang saat ini mencapai US$ 27 per barel semakin mendekati rata-rata ongkos produksi perusahaan pelat merah ini sebesar US$ 24 per barel.
Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina mengatakan, penurunan harga jual minyak sudah meleset lebih dari 40% dari asumsi perusahaannya sebesar US$ 50 per barel. Karena itu pihaknya sedang berupaya melakukan efesiensi untuk menurunkan ongkos produksi.
"Rata-rata ongkos antara US$ 20 hingga US$ 24 dolar per barel AS untuk memproduksi minyak mentah di upstream, tapi kan sekarang kan harga minyak sudah di US$ 27 per barel," ujar Dwi di kantor Kementerian BUMN, Selasa (19/1).
Menurut dia, penurunan harga ini tentu menjadi tantangan perusahaan pelat merah ini untuk menghindari kerugian. Bahkan, saat ini beberapa lapangan minyak milik Pertamina ongkos produksinya sudah berada di atas harga jual minyak mentah.
Antara lain, Blok West Madura Offshore (WMO) dan Blok Offshore Northwest Java (ONWJ) "Dengan harga di bawah US$ 30 per barel, sumur-sumur minyak kami sangat berat untuk survive karena cost production-nya sudah di atas harga minyak," ujar dia.
Saat ini, kata Dwi, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Kementerian ESDM sebagai upaya untuk mempertahankan kinerja, misalnya opsi menanfaatkan hasil keuntungan penjualan bahan bakar minyak (BBM) untuk menambal kerugian di sektor hulu. "Kami masih pelajari, apakah bisa memanfaatkan turunnya harga minyak ini dengan downstreamnya atau bagaimana," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
