kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak lesu, perusahaan migas asing cabut


Selasa, 10 Oktober 2017 / 22:09 WIB
Harga minyak lesu, perusahaan migas asing cabut


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu persatu perusahaan migas asing mulai melepas proyek-proyek migas di Indonesia. Pada tahun ini saja sudah tercatat beberapa perusahaan asing yang keluar dari blok-blok migas di Indonesia. Sebut saja Inpex Corporation dari Blok South Natuna Sea Block B (SNSB) yang kemudian disusul oleh Chevron Indonesia baru-baru ini di blok yang sama.

Exxonmobil juga tidak lagi ikut serta dalam dalam dua proyek migas Indonesia yaitu blok East Natuna. Sebentar lagi secara resmi Exxonmobil tidak terlibat dalam proyek Jambaran Tiung Biru (JTB).

Alasan utama keluarnya perusahaan migas asing tersebut karena efisiensi atau alasan ketidakekonomian dari proyek-proyek migas yang ada di Indonesia.

Namun Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Ego Syahrial menolak menyebut perusahaan asing tersebut keluar dari proyek-proyek migas Indonesia. Pasalnya, Ego yakin perusahaan-perusahaan migas akan kembali berinvestasi di Indonesia jika harga minyak meningkat.

"Enggak keluar, itu (Exxon) karena kandungan gasnya tinggi. Kalau harga minyak enggak ekonomis itu wajar, bisa saja suatu waktu balik," jelas Ego ketika ditemui di Gedung DPR/MPR RI, Selasa (10/10).

Direktur Pembinaan Hulu Migas, Tunggal, menambahkan ada alasan-alaaan tertentu yang jadi penyebab keluarnya perusahaan migas dari proyek-proyek migas Indonesia. Seperti Exxonmobil di East Natuna yang memilih keluar dari konsorsium East Natuna setelah adanya hasil Technology and market research (TMR) yang membuat proyek East Natuna tidak ekonomis bagi Exxonmobil.

Sementara untuk kasus Chevron, Tunggal masih belum mendapatkan surat resmi Chevron untuk menjual kepemilikan sahamnya dalam proyek SNSB. Namun Tunggal memastikan pemerintah tidak akan ikut campur dari proses jual beli saham Chevron di SNSB.

Tunggal menegaskan bagi pemerintah saat ini yang penting adalah produksi blok tersebut tidak turun. "Maka dari itu Medco siap kembangkan, dia janji tidak akan turun produksi, yang kami pegang operatornya," ujar Tunggal.

Biarpun begitu, Tunggal masih berharap Chevron bisa tetap berinvestasi di Indoensia melalui blok-blok yang ditawarkan pemerintah dalam lelang tahun ini. "Kami harapkan mereka tetap investasi," imbuh Tunggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×