kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga pangan sudah merangkak naik jelang puasa


Senin, 08 Mei 2017 / 20:43 WIB
Harga pangan sudah merangkak naik jelang puasa


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Sejumlah komoditas yang tercatat naik menjelang puasa. Tengok saja, harga beras medium rata-rata nasional sudah mencapai Rp 10.600 - Rp 10.700 per kilogram (kg) dari sebelumnya sekitar Rp 10.400 per kg.

Harga bawang putih tembus rata-rata Rp 57.000 per kg dari sebelumnya Rp 45.000 per kg, harga telur juga naik menjadi Rp 21.000 per kg dari sebelumnya Rp 18.000 per kg, demikian juga dengan daging ayam naik rat-rata Rp 33.000 per kg dari sebelumnya Rp 31.000 per kg.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan kenaikan harga pangan tiga pekan sebelum bulan Ramadan baru terjadi pada tahun ini. Umumnya harga pangan baru naik sepekan sebelum puasa, karena sebagian besar masyarakat melakukan pembelian kebutuhan pokok dalam volume besar.

Karena itu, kenaikan harga pangan yang tidak normal ini harus menjadi perhatian pemerintah. "Kami meminta agar pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kemtan) mendorong agar produksi pangan masuk ke pasar supaya harga bisa kompetitif," ujarnya kepada KONTAN, Senin (8/5).

Selama ini, Kemtan dinilai kurang serius mendorong masuknya produksi pangan ke pasar. Salah satunya adalah Kemtan justru membentuk Tokoh Tani Indonesia (TTI) yang selama ini justru tidak terjangkau oleh konsumen, karena masyarakat datangnya ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok. Akibatnya, harga pangan sampai saat ini tidak juga turun meskipun TTI diklaim sudah menjamur di berbagai daerah.

Sementara itu, IKAPPI sendiri tengah menyelidiki penyebab kenaikan harga pangan ini. Ada tiga faktor yang sedang diselidiki, pertama adalah apakah produksi dan permintaan pangan sudah mencukupi, kedua apakah cuaca buruk menyebabkan panen dan distribusi terhambat dan ketiga apakah ada permainan spekulan yang menahan stok pangan.

"Namun sampai sekarang kami belum menemukan adanya indikasi kalau salah satu dari tiga faktor ini penyebab mahalnya harga pangan," imbuhnya.

Karena itu, IKAPPI mendesak agar Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Kemtan menjalin kerja sama untuk memetakan pasokan pangan di setiap wilayah. Sebab bila salah satu dari faktor yang diteliti IKAPPI ini terjadi di suatu daerah, maka pemerintah bisa mengambil tindakan. Apalagi saat ini, pemerintah telah membentuk satuan tugas (satgas) pangan untuk menstabilkan harga pangan.

Kerja keras pemerintah saat ini sangat dibutuhkan untuk menstabilkan harga pangan. Sebab harga pangan akan terus naik saat memasuki puasa. Apalagi sejauh ini, upaya Kemdag meminta ritel modern menjual tiga harga komoditas sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) belum berjalan maksimal.

Sebab saat ini sulit menemukan minyak goreng kemasan sederhana di sejumlah ritel modern. sebelumnya Kemdag menetapkan harga daging kerbau Rp 80.000 per kg, gula Rp 12.500 per kg dan minyak goreng kemasan sederhana Rp 11.000 per liter. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×