Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menempatkan ketahanan energi sebagai agenda prioritas pemerintahan. Fokus utamanya mencakup peningkatan produksi migas, percepatan transisi energi bersih, serta subsidi energi tepat sasaran. Untuk tahun 2026, pemerintah menyiapkan dukungan fiskal sebesar Rp 402,4 triliun untuk program ketahanan energi.
Dewan Energi Nasional (DEN) menilai upaya peningkatan produksi migas sejauh ini berada di jalur yang tepat. Anggota DEN Abadi Poernomo optimistis Indonesia bisa mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (bph) pada 2030. Optimisme itu sejalan dengan kinerja SKK Migas yang mencatat kenaikan lifting minyak menjadi 580.000 bph pada pertengahan 2025, naik 4.000 bph dari tahun sebelumnya.
“Peningkatan lifting ini sudah on track menuju target 1 juta bph. Namun, kebutuhan BBM nasional masih sekitar 1,5 juta bph sehingga impor tetap terjadi,” ujar Abadi dalam keterangan tertulis, Rabu (20/8).
Baca Juga: Sri Mulyani Targetkan Lifting Minyak dalam RAPBN 2026 Sebesar 610.000 Barel
Abadi menegaskan target produksi 1 juta bph menjadi kunci untuk menuju swasembada energi, yang berbeda dari sekadar ketahanan energi. Swasembada berarti seluruh kebutuhan energi primer dipenuhi dari dalam negeri. SKK Migas pun menjalankan strategi peningkatan produksi melalui eksplorasi cadangan baru, reaktivasi sumur tua, hingga penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
Sebelumnya, Presiden Prabowo menyoroti besarnya beban impor migas yang mencapai US$ 40 miliar per tahun atau sekitar Rp 650 triliun. Ia menekankan pentingnya swasembada energi untuk mengurangi ketergantungan impor.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak menilai transisi energi harus berpijak pada realitas. Porsi energi fosil masih dominan di atas 80% dalam bauran energi nasional. Karena itu, peran hulu migas tidak boleh dikesampingkan.
“Transisi energi harus berjalan mulus dengan mengombinasikan energi fosil dan terbarukan secara bertahap. Hulu migas justru berperan penting mengurangi impor dan memperkuat fondasi energi nasional,” jelas Ali.
Data SKK Migas menunjukkan, hingga pertengahan 2025 pengeboran sumur pengembangan mencapai 409 sumur, naik 14% dari periode sama 2024. Kegiatan workover tercatat 517 sumur, naik 6%, sementara well service meningkat 12% menjadi 20.644 kegiatan.
Meski demikian, Ali menegaskan dukungan pemerintah tetap krusial mengingat karakteristik hulu migas yang padat modal, padat teknologi, dan berisiko tinggi. “Investor butuh kepastian hukum dan insentif fiskal agar berani menanamkan modal,” kata Ali.
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional Lifting Perdana Bioavtur dari Minyak Jelantah
Selanjutnya: Kinerja Saham Bank BUMN Kamis (21/8): BBNI Menguat, BBTN Melemah Terdalam
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News