Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penetapan harga patokan ekspor (HPE) untuk beberapa produk pertambangan akan dikenakan bea keluar (BK) mulai Februari 2019. Ada tiga komoditas yang dikenakan BK naik lantaran adanya fluktuasi harga internasional.
Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan tiga produk yang mengalami kenaikan pada Februari 2019 ini antara lain, konsentrat timbal, konsentrat rutil, dan nikel. “Konsentrat timbal (Pb 56%) naik sebesar 0,88%, konsentrat rutil (TiO2 90%) naik sebesar 0,30%, dan nikel (Ni < 1,7%) naik sebesar 1,43%,” kata Oke pada Kontan.co.id, Rabu (30/1).
Mengenai hal ini, Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy bilang naiknya bea keluar dapat mempengaruhi kinerja keuangan emiten nikel yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Akan tetapi, katanya, pengaruh ini tidak terlalu signifikan. “Karena ke depannya ANTM akan mengurangi ekspor bijih nikel ke depannya seiring dengan penyelesaian pembangunan smelter, tapi bagi ANTM bea keluar ini bisa sedikit mempengaruhi pendapatan,” ujarnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (31/1).
Beruntung, sambung Robertus, sekarang ini nilai penjulan komoditas emas ANTM terus meningkat sehingga diharapkan mampu menetralkan potensi meningkatnya pembayaran bea keluar tersebut.
Dalam catatan Kontan.co.id, ANTM mencatat produksi volume nikel tercatat sebesar 9,31 juta wet metrik ton (wmt) alias naik 67% dari tahun 2017 yang sebanyak 5,57 juta wmt. Volume penjualan bijih nikel tercatat 6,29 juta wmt atau naik signifikan 114% dibanding volume penjualan tahun 2017 sebesar 2,93 juta wmt.
Hal senada juga disampaikan oleh Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony. “Mengenai kenaikan HPE sendiri sebenarnya yang perlu di perhatikan hanya nikel, karena untuk timbal dan rutil produksi ANTM tidak terlalu besar,” paparnya, Kamis (31/1).
Menurutnya, dengan melihat harga nikel dunia yang mengalami kenaikan lantaran vale Brazil sedang terkena bencana sehingga memangkas produksi. Oleh keran itu, harga nikel dalam 2 hari ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi. “Sehingga untuk kenaikan HPE nanti, seharusnya tidak terlalu signifikan,” imbuhnya.
Chris melihat prospek untuk emiten nikel seperti ANTM dan INCO cukup baik seiring dengan Tesla akan membangun pabrik baterai di China. “Permintaan terhadap nikel pasti akan meningkat di mana bahan baku pembuatan baterai ini menggunakan mineral nikel,” tutur Chris.
Sementara untuk PT Vale Indonesia Tbk (INCO) seharusnya tak terpengaruh dengan adanyan kenaikan HPE ini. Robertus mengatakan saat ini INCO sendiri sudah tidak mengekspor bijih nikel. “Mereka sudah mengolahnya menjadi high grade feronikel, jadi enggak ada pengaruhnya terharap INCO,” sebutnya.
Chris menambahkan sentimen yang mempengaruhi kinerja INCO sendiri lebih kepada divestasi saham INCO dan temuan cadangan emas raksasa pada tahun 2018 kemarin di daerah Sumbawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News