kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Pertamax Melonjak, Begini Catatan Pengamat


Jumat, 01 April 2022 / 20:29 WIB
Harga Pertamax Melonjak, Begini Catatan Pengamat
ILUSTRASI. Harga Pertamax


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina memastikan penyesuaian harga BBM Pertamax dilakukan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat.

"Harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya. Ini pun baru dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak 2019," ungkap Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting dalam keterangan tertulis, Jumat (1/4).

Selain itu, Irto memastikan Pertamina berkomitmen menjaga penyediaan dan penyaluran BBM kepada seluruh masyarakat hingga pelosok negeri.

Terkait kenaikan harga BBM jenis pertamax, Pertamina menyatakan bahwa penyesuaian harga tidak terelakkan namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Karena itu, penyesuaian harga dilakukan secara selektif, hanya berlaku untuk BBM non-subsidi yang dikonsumsi masyarakat sebesar 17%, terdiri atas 14% merupakan jumlah konsumsi Pertamax dan 3% jumlah konsumsi Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Sedangkan BBM subsidi seperti Pertalite dan solar Subsidi yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia sebesar 83%, tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp 7.650 per liter. Hal ini merupakan kontribusi Pemerintah bersama Pertamina dalam menyediakan bahan bakar dengan harga terjangkau.

Baca Juga: Kapasitas Kilang Minyak Pertamina Bakal Bertambah Tahun Ini

Dengan harga baru Pertamax, Pertamina berharap masyarakat tetap memilih BBM non-subsidi yang lebih berkualitas. Apalagi harga baru masih terjangkau khususnya untuk masyarakat mampu. “Kami juga mengajak masyarakat lebih hemat dengan menggunakan BBM sesuai kebutuhan,"kata Irto.

Adapun, penyesuaian harga Pertamax dinilai cukup bijak karena harga Pertalite tetap dijaga.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai langkah ini dinilai membuat dampak kenaikan BBM bisa diminimalisir. Terlebih, Pertamax dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas.

Piter mengungkapkan,  keputusan menaikkan harga Pertamax lebih kepada pertimbangan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat khususnya kelompok bawah. Bagi sekelompok konsumen kenaikan harga Pertamax bisa mendorong peralihan (shifting) ke Pertalite. Tapi kelompok masyarakat yang benar-benar mampu tidak akan beralih.

“Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka,” kata Piter dalam keterangan tertulis, Jumat (01/04).

Baca Juga: Harga Pertalite Turun di Daerah Ini, Cek Harga BBM Pertamina Terbaru per April 2022

Menurut Piter, untuk mengantisipasi terjadinya shifting, hanya ada satu yang perlu disiapkan yakni memastikan pasokan Pertalite mencukupi. Menurut dia, peralihan konsumsi tidak perlu dilawan karena nanti pada waktunya konsumen akan kembali lagi ke pertamax. “Jadikan orang miskin naik kelas ke orang kaya,” katanya.

Menurutnya, kenaikan harga Pertamax first round ini hampir tidak ada dampaknya ke inflasi karena Pertamax bukan masuk kantong perhitungan inflasi.  Akan tetapi second round effect-nya tetap ada. Kenaikan harga Pertamax bisa saja mempengaruhi kenaikan harga barang-barang lain walaupun diperkirakan tidak besar.

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, penetapan harga Pertamax mestinya ditentukan oleh mekanisme pasar. Karena itu, harga yang ideal adalah sesuai dengan harga keekonomian. Saat ini harga Pertamax harus dinaikkan mengingat harga minyak dunia sudah mencapai US$ 130 per barel. Jika tidak dinaikkan beban Pertamina semakin berat.

“Kenaikan harga Pertamax Rp 12.500 pada 1 April sudah tepat,” kata Fahmy.

Fahmy melanjutkan,  kenaikan harga Pertamax.memang memicu inflasi, tetapi kontribusinya kecil. Pasalnya, proporsi konsumen hanya sekitar 14%. Selain itu, konsumen Pertamax adalah golongan menengah atas yang menggunakan mobil mahal.

“Mereka juga tidak akan migrasi ke Pertalite yang harganya lebih murah karena tidak proper dengan mesin mobil yang rata-rata bagus,” katanya.

Fahmy mengapresiasi sikap Pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga Pertalite yang proporsi konsumen mencapai 76%. Kenaikan harga Pertalite akan menyulut inflasi dan menurunkan daya beli rakyat.

“Penetapan Pertalite sebagai BBM penugasan juga sangat tepat agar Pemerintah dapat memberikan subsidi pada saat tidak menaikkan harga Pertalite,” pungkas Fahmy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×