kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga rendah, produksi susu segar tumbuh tipis


Sabtu, 19 Januari 2013 / 11:02 WIB
Harga rendah, produksi susu segar tumbuh tipis
ILUSTRASI. 22 Sept - 15 Okt 2021, Dapatkan Promo Tiket To Do PON XX Papua 2021 dari Tiket.com


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Produksi susu sapi segar diprediksi hanya tumbuh tipis pada tahun ini. Dewan Persusuan Nasional memproyeksikan produksi susu segar selama 2013 hanya tumbuh 6,25% menjadi 1,7 juta liter per hari.

Jawa Timur masih berkontribusi paling besar, yakni 47,05% dari total produksi susu sapi nasional. Di tahun ini, sapi-sapi perah di Jawa Timur mungkin bisa memproduksi 800.000 liter per hari. Setelah Jawa Timur, ada Jawa Barat yang memproduksi 500.000 - 600.000 liter per hari. Sisanya Jawa Tengah dan Yogyakarta yakni 300.000   liter- 400.000 liter per hari.

Teguh Boediyana, Ketua Dewan Persusuan Nasional, menilai, produksi susu segar cenderung stagnan lantaran harga di tingkat peternak rendah. Sepanjang tak ada perubahan harga, produksi susu segar masih tetapi minim. "Peternak lebih memilih menjual sapi daripada susu, apalagi harga daging saat ini cukup bagus," ungkap Teguh kepada KONTAN, Jumat (18/1).

Saat ini harga susu segar di pasar senilai Rp 3.900 per liter. Ini sudah termasuk biaya seperti ongkos transportasi, pendinginan dan pengumpulan. Dus, peternak hanya mendapatkan Rp 3.000 per liter. Idealnya, kata Teguh, harga susu segar di pasar Rp 4.500 hingga Rp 4.700 per liter. Dengan begitu, harga di peternak bisa Rp 4.000 per liter.

Rendahnya harga susu tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan peternak. Apalagi harga pakan cenderung meningkat. "Ongkos transportasi saja bisa Rp 300 hingga Rp 400 per liter," kata Teguh.

Keterangan berbeda disampaikan Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, menyatakan produksi susu di dalam negeri rendah karena minimnya populasi sapi perah. Apalagi, sapi perah lokal dinilai masih kurang gizi sehingga produktivitasnya menurun dan mempengaruhi frekuensi tingkat kelahiran. "Frekuensi beranak idealnya delapan kali, tapi di Indonesia hanya empat lima kali," kata Syukur.

Di saat produksi stagnan, permintaan susu segar justru makin meningkat. Tahun lalu, permintaan susu mencapai 6 juta liter per hari. Teguh memperkirakan permintaan susu pada tahun ini mencapai 6,8 juta liter per hari.

Kenaikan permintaan yang tak diimbangi produksi susu lokal akhirnya ikut volume impor susu. "Peternak dalam negeri hanya mampu memproduksi susu 25% dari total kebutuhan," kata Teguh. Padahal, kontribusi susu domestik diharapkan mencapai 50% dari total kebutuhan.

Jika ini terus berlanjut, impor susu akan semakin besar. "Pada 2020, kami memprediksi hanya mampu memenuhi 10% dari permintaan," tutur Teguh. Tahun lalu, nilai impor susu sapi segar mencapai US$ 700 juta dan di tahun ini nilainya bisa US$ 800 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×