Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Demi menyelamatkan margin, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) akan menaikkan harga jual produknya. Pasalnya, pemerintah berencana mengerek pita cukai rokok dengan rata-rata 11,19%. Tarif rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) naik dengan rata-rata 13,45%.
Lalu jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) akan mengalami kenaikan rata-rata 8,38%. "Kenaikan cukai akan mempengaruhi harga jual perseroan di 2016," ucap sebut Direktur Treasury merangkap Investor Relation GGRM, Heru Budiman, Kamis, (12/11).
Ia mengatakan, kenaikan cukai yang tidak diikuti kenaikan harga yang seimbang akan menggerus keuntungan perseroan. Diakuinya bahwa sampai September 2015, GGRM telah mengerek harga jualnya secara bertahap.
Heru memaparkan, kenaikan harga jual biasanya dilakukan sekitar Rp 100 sampai Rp 300 per pak. Ia merinci, kenaikan Rp 300 dilakukan untuk kemasan isi 16 batang. Kemudian kenaikan Rp 100 untuk kemasan isi 12 batang.
Setelah mengerek harga jual, GGRM memantau kondisi di pasar. Misalnya, apakah kenaikan harga tersebut hanya GGRM sendiri atau diikuti produsen lain. Namun ia melihat semua pemain di industri rokok cenderung sejalan.
Pada kuartal tiga, pendapatan GGRM tumbuh 5,85% dari Rp 48,19 triliun ke posisi Rp 51,01 triliun. Padahal volume penjualannya turun 3,48% dari 60,2 miliar batang menjadi 58,1 miliar batang. Heru bilang meskipun volume penjualan turun dan cukai naik, penjualan tetap tumbuh karena adanya kenaikan harga jual.
Heru menyebut, gross margin perseroan naik tipis dari 20,1% di kuartal ketiga 2014 menjadi 20,7% di periode yang sama tahun ini. Namun margin operasinya turun dari 13,2% ke posisi 12,9%. Ini dikarenakan belanja operasional atau operational expenditure (opex) yang meningkat akibat biaya promosi. Ia bilang, meningkatnya opex karena di 2014 ada Pemilu yang membuat sulitnya penyelenggaraan acara.
Kalau nantinya promosi rokok dipersulit ke depannya, Heru masih yakin terhadap konsumsi rokok GGRM. Sebab produk GGRM memiliki pelanggan yang cukup luas di Indonesia. Ia menyebut bahwa yang terpenting adalah produknya tersedia di tempat yang mudah dicari oleh para perokok.
Sampai September, pangsa pasar GGRM yakni 21,6%. Sedangkan di akhir tahun lalu, pangsa pasarnya adalah 21,9%.
Heru menilai, kondisi industri rokok cenderung berat ke depannya. Namun ia berharap adanya perbaikan daya beli masyarakat. Kemudian, ia melihat cuaca di 2016 akan lebih baik ketimbang tahun ini yang kemarau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News