Reporter: Uji Agung Santosa, Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Anjloknya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar internasional mulai berdampak pada petani sawit rakyat. Jika pada awal 2012, petani sawit rakyat di Riau masih bisa menikmati harga tandan buah segar (TBS) mencapai Rp 1.900 per kilogram (kg), saat ini anjlok menjadi Rp 1.270 per kg di tingkat pabrik.
Setiono, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspek PIR) Riau, mengatakan, rendahnya harga jual TBS di pabrik pengolahan membuat keuntungan yang didapat petani semakin minim. Dia bilang, biaya produksi yang harus ditanggung petani mencapai Rp 600-Rp 800 per kg.
Dia mencontohkan,, beban angkutan ke pabrik pengolahan mencapai Rp 100 per kg, biaya panen sebesar Rp 100 per kg, dan pemupukan sebesar Rp 300 per kg.
Untuk mengurangi biaya produksi, petani sawit rakyat terpaksa melakukan efisiensi. "Harga seperti ini. Jadi untuk efisiensi, petani plasma tidak melakukan pemeliharaan tanaman persis seperti yang diminta perusahaan," katanya.
Menurut Setiono, harga ideal TBS sawit di tingkat petani seharusnya mencapai Rp 1.500 per kg. Dengan harga tersebut, maka petani akan memperoleh penghasilan sekitar Rp 700 sampai Rp 800 per kg. Penghasilan itu akan mampu mencukupi banyaknya beban biaya yang harus ditanggung petani.
Dia menyebut, bea keluar (BK) CPO yang tinggi juga berimbas pada harga CPO petani plasma. Sebab, biasanya perusahaan mengalihkan beban BK CPO ke petani, sehingga harganya semakin rendah di tingkat pabrik. "Mau naik apa turun, yang rugi tetap petani," katanya.
Di Riau sendiri, menurut Setiono, terdapat sekitar 67.000 kepala keluarga yang menjadi petani plasma. Tiap kepala keluarga bisanya menguasai 2 hektare (ha) lahan perkebunan sawit.
Harga CPO internasional memang terus menunjukkan tren penurunan. Data Bloomberg menunjukkan, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk pengiriman Desember 2012 mencapai US$ 799.36 per metrik ton (MT), lebih rendah dari satu bulan lalu yang rata-rata berada dikisaran US$ 900 per MT.
Namun tren penurunan harga, menurut Derom Bangun, Wakil Ketua Dewan Masyarakat Sawit Indonesia, tidak akan bertahan sampai tahun depan. Harga CPO pada awal tahun depan diperkirakan kembali meningkat sehingga pada periode Januari-Februari 2013 akan berada di level US$ 900 per ton.
Menurut Derom, tren kenaikan harga CPO selalu terjadi di awal tahun. Kenaikan harga terjadi karena produksi yang rendah. "Harga saat ini turun, itu biasa. Sebab puncak produksi terjadi pada September-Oktober," katanya.
Derom bilang, walau harga rata-rata CPO saat ini sekitar US$ 815-US$ 820 per ton, namun bila dirata-rata seluruh tahun maka harganya masih berada di atas US$ 900 per ton. Dia mengatakan, pada Januari 2012-September 2012, harga CPO masih di atas US$ 900 per ton. Dengan posisi itu maka harga yang terbentuk saat ini masih berada di atas harga pokok produksi yang harus ditanggung perusahaan untuk memproduksi CPO.
Sofyan Wanandi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan pengolahan kelapa sawit untuk bisa bergerak lebih bebas di sektor hulu CPO. Menurutnya, dengan turunnya pajak ekspor Malaysia dari 23% flat menjadi progresif 4,5% hingga 8,5%, akan membuat industri kelapa sawit Indonesia kalah bersaing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News