Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Di tengah kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, harga telur ayam justru anjlok. Penurunan harga telur ayam di tingkat peternak mulai terjadi pada 1 Juni 2017 lalu.
Penurunan harga telur di saat Ramadan ini dinilai tidak wajar. Bahkan ada dugaan terjadinya kartel di antara para pedagang untuk menekan peternak sehingga mau menjual dengan harga murah.
Koordinator Forum Peternak Layer Nasional (PLN), Ki Musbar mengatakan penurunan harga telur terjadi di sentra produsen layer yakni di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Dimana daerah ini merupakan penyumbang sekitar 40% dari total produksi telur nasional.
"Harga telur di Blitar itu jatuh sampai di harga Rp 14.300 - Rp 14.500 per kilogram," ujar Musabar kepada KONTAN, Senin (5/6).
Musbar menjelaskan penurunan harga telur di Blitar dapat langsung mempengaruhi harga telur di seluruh Indonesia. Pasalnya, ada satu situs berbayar yang setiap hari mempublikasikan harga telur secara nasional. Bila harga telur di sentra produksi turun, maka bisa mempengaruhi harga di daerah lain.
Selain itu, PLN juga penurunan harga telur disebabkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27 tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Musbar bilang agar penjualan telur di pedagang mendekati harga acuan pemerintah, maka mereka melakukan menekan produsen ayam layer agar menjual dengan harga murah. Caranya, menghentikan pembelian secara mendadak selama beberapa hari sehingga peternak ayam gelisah dan membanting harga.
Karena itu, Musbar menilai ada dugaan kartel yang dilakukan para pedagang dan ini sudah masuk ke ranah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Satgas Pangan yang di bawah kendali Kepolisian.
Ia mendesak dua lembaga tersebut segera turun ke lapangan dan memeriksa langsung agen-agen telur di Jabodetabek dan mengecek apakah mereka membeli telur dengan harga di atas Rp 18.000 per kg atau cuma Rp 15.000 per kg. Sebab idealnya harga telur dibeli dari peternak Rp 18.000 per kg.
Kendati demikian, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan harga telur memang bervariasi di setiap daerah.
Misalkan di Jabotabek dan Banten harga telur masih relatif bagus di kisaran Rp 18.000 - Rp 18.500 per kg. Ia mengakui di Blitar harga telur memang anjlok di kisaran RP 15.700 - Rp 16.000 per kg.
Namun terkait fluktuasi harga tersebut, Diarmita belum mengambil sikap, sebab banyak informasi yang berseliweran terkait harga telur ini. "Tapi setelah saya minta klarifikasi datanya orangnya tidak menjawab," ujarnya.
Ia mengambil contoh, misalkan ada yang mengatakan penurunan harga telur karena adanya telur impor, tapi setelah dicek dan diminta data-datanya, toh tidak ada yang bisa memberikan.
Karena itu, ia mengatakan pihaknya harus adil untuk semua pihak dan mengambil kebijakan secara profesional. "Saya berusaha untuk professional, objektif dan kerja keras," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News