kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.294.000   -9.000   -0,39%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Harga Tembaga Meroket, Industri Elektronik Siapkan Strategi Substitusi Bahan Baku


Jumat, 10 Oktober 2025 / 18:54 WIB
Harga Tembaga Meroket, Industri Elektronik Siapkan Strategi Substitusi Bahan Baku
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT. Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong sektor manufaktur di Tanah Air untuk memanfaatkan peluang dari perkembangan Industri 4.0, mengingat penerapan teknologi digital bakal meningkatkan produktivitas dan daya saing dengan lebih efisien. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kenaikan harga komoditas tembaga berpotensi mendorong harga berbagai produk hilir, terutama barang elektronik.

Dalam kondisi ini, pelaku industri mulai mempertimbangkan substitusi bahan baku dengan aluminium dan baja untuk menekan biaya produksi.

Per Kamis (9/10/2025), data Bloomberg mencatat kontrak berjangka tembaga di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 10.867 per ton.

Baca Juga: Tembaga Kian Mahal! Harga Mendekati US$ 11.000 per Ton Usai China Kembali dari Libur

Sebelum penutupan perdagangan, harga sempat menembus US$ 11.000 per ton, mendekati rekor tertingginya (all-time-high/ATH) di US$ 11.104 per ton pada Mei 2024.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman menjelaskan, lonjakan harga tembaga ini berdampak langsung terhadap industri elektronik, khususnya yang menggunakan tembaga pada pipa kabel dan papan sirkuit cetak (printed circuit board/PCB).

Menurut Daniel, PCB umumnya digunakan pada peralatan audiovisual seperti televisi dan laptop, dengan porsi bahan tembaga sekitar 20%–25%, sedangkan pipa kabel digunakan untuk produk pendingin seperti kulkas dan AC dengan porsi 20%–30%.

“Maka, kedua jenis produk inilah yang paling berisiko terdampak kenaikan harga tembaga,” ujar Daniel kepada Kontan,co.iid, Jumat (10/10/2025).

Ia memperkirakan harga jual produk elektronik bisa naik sekitar 2%–6% akibat lonjakan harga bahan baku tersebut.

Meski demikian, Daniel menegaskan produsen tidak serta-merta menaikkan harga. “Kami lihat dulu dua sampai tiga bulan. Kalau tidak ada perubahan harga bahan baku, baru kami akan sesuaikan harga,” ujarnya.

Baca Juga: Australia Alokasikan Rp 6,7 Triliun untuk Dukung Smelter Tembaga Glencore

Untuk mengantisipasi tekanan biaya, pelaku usaha kini juga memaksimalkan penggunaan bahan substitusi seperti aluminium dan baja.

Daniel menilai langkah ini efektif untuk menekan biaya produksi dan meredam permintaan terhadap tembaga, yang pada gilirannya dapat menstabilkan harga di pasar global.

“Yang pasti, penggunaan bahan substitusi bisa membantu menjaga stabilitas harga tembaga karena permintaannya tidak melonjak terlalu tinggi,” tandasnya.

Selanjutnya: Purbaya Tak Akan Toleransi Pegawai Pajak dan Bea Cukai yang Fraud

Menarik Dibaca: 6 Zodiak yang Paling Cemburuan, Scorpio Nomor 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×