Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga terigu pada akhir pekan lalu sebesar Rp 7.602 per kilogram (kg). Harga ini naik dari harga terigu pada akhir Januari 2011 yang masih di kisaran Rp 7.532 per kg.
Kenaikan harga gandum dunia menjadi penyebabnya. Harga rata-rata gandum untuk pengiriman Maret 2011 pada pekan lalu di Chicago Board of Trade (CBOT) misalnya, sudah melambung sejak bulan Agustus tahun lalu. Harga gandum pada bulan Juni 2010 lalu masih sebesar US$ 5,340/bushel. Tapi, lihatlah hingga harga rata-rata gandum bulan Februari ini sudah menyentuh US$ 8.5807/bushel.
Chris Hardijaya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (Apebi), mengatakan kenaikan harga terigu seperti saat ini masih bisa diserap oleh produsen. "Kenaikannya masih di bawah 5%, jadi masih bisa kita siasati," jelas Chris kepada KONTAN, Senin (22/2).
Pengusaha biasanya mengganti bahan baku terigu dengan kualitas yang lebih rendah. Ada juga yang mencampurnya dengan bahan baku lain seperti umbi-umbian. "Kita juga bisa mengurangi ukuran rotinya, agar bisa menyiasati kenaikan bahan baku," kata Chris.
Chris bilang komposisi biaya terigu menyumbang 40%, lebih kecil dibandingkan komponen lain seperti mentega, gula dan telur yang menyedot 60% biaya produksi. "Kita lebih khawatir dampak dari kenaikan gula, ketimbang terigu," tandas Chris.
Meski begitu, Chris mengaku khawatir kenaikan harga terigu ini bakal mengerek efek domino ke harga bahan baku lain seperti mentega, gula dan telur. Harga bahan baku itu biasanya berjalan mengikuti kenaikan harga bahan pokok seperti terigu dan beras.
Namun, pengusaha roti memandang menaikkan harga jual roti merupakan opsi terakhir, jika memang sudah tidak ada pilihan lain. Chris bilang menaikkan harga jual bisa berdampak buruk pada volume penjualan roti, mengingat daya beli masyarakat juga terus menurun dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, industri roti juga mayoritas berskala Usaha Mikro & Kecil (UMK) yang bersifat pada karya. Akibatnya, jika volume penjualan menurun besar kemungkinan banyak produsen yang memangkas jumlah karyawannya. "Kita takut itu bakal membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, karenanya kita sebisa mungkin tidak menaikkan harga jual," jelas Chris.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Terigu Indonesia (Aptindo), membantah adanya kenaikan harga terigu di pasar dalam negeri. Ia mengaku sejauh ini belum menerima laporan dari para produsen terigu terkait kenaikan harga ini. "Biasanya kalau ada yang sudah menaikkan harga, mereka lapor kepada saya," ujar Ratna kepada KONTAN, Senin (21/2).
Ratna menduga produsen terigu belum menaikkan harga jualnya karena masih memiliki stok gandum yang dulu dibeli dengan harga yang lebih murah dari sekarang. Sementara harga gandum yang tinggi merupakan gandum yang baru akan datang ke Indonesia pada Maret mendatang. "Mungkin mereka masih punya sisa gandum yang sudah dibeli beberapa bulan lalu," tandas Ratna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News