Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pada kuartal I 2011, ekspor udang meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor udang Januari-Maret 2011 sebesar US$ 513,57 juta. Nilai ini melesat 19,40% dibandingkan Januari-Maret 2010 yang sebesar US$ 430,12 juta.
Iwan Sutanto, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI), mengungkapkan, peningkatan nilai ekspor itu banyak disebabkan oleh tingginya harga udang selama kuartal pertama 2011. Harga udang mencetak rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir yaitu mencapai Rp 60.000-Rp 65.000 per kilogram (kg). Harga ini melesat jauh dibandingkan akhir tahun 2010 yang masih berkisar Rp 35.000-Rp 40.000 per kg.
Kondisi harga seperti inilah yang membuat kinerja nilai ekspor udang Indonesia melesat lumayan tinggi. "Volumenya tidak akan berbeda jauh, tapi karena harganya tinggi, otomatis nilainya akan ikut naik," ungkap Iwan kepada KONTAN, Selasa (10/5).
Volume ekspor udang Januari-Maret 2011 sebanyak 174,18 juta kg, hanya naik 5,11% dibandingkan periode sama tahun 2010 yang sebanyak 165,72 juta kg.
Victor Nikijuluw, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menambahkan peningkatan nilai ekspor itu disebabkan oleh peningkatan nilai tambah udang yang diekspor.
Ia mengklaim KKP terus mendorong agar ekspor lebih banyak berupa udang olahan bukan udang beku. Sebab, harga udang olahan jauh lebih tinggi ketimbang udang beku.
Peningkatan nilai tambah juga dilakukan dengan jalan mengimpor udang berukuran kecil dari Kanada. Udang itu kemudian diolah di dalam negeri dan kembali diekspor dengan harga yang lebih tinggi.
Meski begitu, ada kekhawatiran kinerja ekspor udang nasional di bulan-bulan selanjutnya tidak akan secemerlang kuartal I akibat tak beroperasinya tambak udang eks Dipasena di Lampung . Operasional tambak ini diberhentikan oleh pihak pengelola yaitu PT Aruna Wijaya Sakti (AWS).
Harga akan tetap tinggi
Untungnya, penghentian operasi tambak eks Dipasena itu diprediksi tidak akan berimbas signifikan pada nilai ekspor udang. Sebab, harga udang dunia akan tetap tinggi di level Rp 60.000-Rp 65.000 per kg.
Iwan bilang, penghentian operasi tambak itu memang tidak berdampak langsung terhadap harga udang. Namun, pasokan dari beberapa negara lain seperti Meksiko dan Cile belum kembali normal akibat cuaca dan pencemaran air. Di sisi lain, permintaan dunia terus meningkat terutama dari China, Amerika Serikat dan Jepang.
Kondisi ini jelas akan berdampak positif pada nilai ekspor udang nasional. Nilai ekspor udang akan tetap tumbuh meski dari sisi volume akan terkoreksi. "Harga akan menggantikan penurunan volume ekspor," tandas Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News