Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) percaya diri dapat melanjutkan tren positif kinerja keuangannya dalam beberapa waktu mendatang.
Sebagaimana diketahui, HRTA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 25,19 triliun per kuartal III-2025, atau melesat 89,56% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 13,29 triliun.
Peningkatan pendapatan ini didukung oleh kenaikan volume penjualan emas murni sebesar 29,61% yoy menjadi 14,79 ton per kuartal III-2025, dari sebelumnya 11,41 ton.
Hingga akhir kuartal III-2025, laba bersih HRTA melonjak 90,70% yoy menjadi Rp 575,76 miliar, dibandingkan periode sebelumnya yaitu Rp 301,92 miliar.
Baca Juga: Hartadinata (HRTA) Memoles Bisnis Emas, Gandeng Bank Hingga Perusahaan Tambang
Direktur Investor Relation Hartadinata Abadi Thendra Crisnanda mengatakan, pihaknya optimistis target-target kinerja perusahaan dapat terpenuhi hingga akhir 2025.
HRTA sendiri menargetkan pendapatan sebesar Rp 26,8 triliun pada 2025, yang artinya realisasi per kuartal III-2025 sudah mencapai 93,29% dari target tahun ini.
HRTA turut menargetkan laba bersih di level Rp 602 miliar pada 2025. Realisasi laba bersih perusahaan per kuartal III-2025 pun sudah mencapai 95,96% target tahun ini.
"Tahun 2026 diproyeksikan tetap positif dengan kontribusi utama dari segmen bullion, sementara penjualan perhiasan juga terus meningkat secara stabil di pasar domestik," ujar dia, Kamis (6/11/2025).
Thendra juga menyambut positif aktifnya HRTA dalam berkolaborasi dengan sejumlah perbankan untuk jual-beli emas. Upaya ini akan memperluas jangkauan pelanggan dan memperkuat ekosistem emas nasional.
Tak hanya itu, sinergi ini memperluas akses masyarakat untuk berinvestasi emas melalui kanal keuangan modern dan memperkuat volume transaksi jangka panjang.
HRTA juga menyadari adanya tantangan keterbatasan bahan baku emas di tengah permintaan yang tinggi di pasar. Untuk itu, HRTA terus menjaga pasokan bahan baku melalui kerja sama strategis dengan pemasok dan mitra tambang domestik, serta menyiapkan buffer stock.
"Langkah ini untuk memastikan stabilitas produksi dan kesinambungan pertumbuhan bisnis di tengah dinamika pasar," tandas dia.
Selanjutnya: Tren IHSG Menguat, Begini Pengaruhnya ke Reksadana Saham Hingga Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Dari Musik sampai Rumah Pintar, Ini Produk Baru Anker di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













