Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mengoptimalkan momentum lonjakan harga emas. Menjelang akhir tahun 2025, HRTA masih getol menjalin kerja sama dengan pihak perbankan maupun perusahaan pertambangan.
Aksi ini menjadi bagian dari strategi HRTA memperluas saluran pemasaran, sekaligus menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku. Aksi terbaru, pada 24 Oktober 2025 lalu, HRTA menjalin kerja sama dengan Bank Muamalat Indonesia.
Direktur Investor Relation Hartadinata Abadi, Thendra Crisnanda mengungkapkan kolaborasi antara HRTA dengan Bank Muamalat berbentuk kemitraan dalam penyediaan produk logam mulia syariah, layanan pembiayaan kepemilikan emas, serta sistem distribusi berbasis prinsip syariah.
"Diharapkan kerja sama ini berkontribusi positif terhadap penjualan logam mulia HRTA, sekaligus memperluas akses pasar di segmen nasabah perbankan syariah," kata Thendra saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/10/2025).
Baca Juga: Metrodata (MTDL) Catat Penjualan Rp 18,8 Triliun hingga Kuartal III-2025
Sebelumnya, HRTA telah menjalin kemitraan dengan sejumlah perbankan, yakni BCA Syariah, BTN, dan BJB Syariah. Selain itu, HRTA menjalin kerja sama dengan Bank Bullion Indonesia yang melingkupi Pegadaian dan BSI.
Di sisi lain, lonjakan permintaan terhadap emas membuat HRTA perlu menjaga pasokan bahan baku. HRTA pun menerapkan strategi pengamanan bahan baku melalui diversifikasi sumber pasokan dan kerja sama jangka panjang dengan mitra tambang domestik maupun penyedia emas internasional yang terverifikasi.
Pada akhir bulan Agustus lalu, HRTA menjalin kerja sama dengan PT Sumbawa Jutaraya, yang merupakan entitas anak dari PT United Tractors Tbk (UNTR). Thendra bilang, aksi ini merupakan bagian dari langkah HRTA memperkuat rantai pasok hulu untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan dan sesuai standar industri.
"HRTA juga terus menjajaki kemitraan serupa dengan perusahaan tambang emas lain di dalam negeri untuk memperluas basis pasokan dan mengurangi risiko ketergantungan pada satu sumber," imbuh Thendra.
Tren harga emas yang terus meningkat pada tahun ini mendorong peningkatan minat masyarakat terhadap investasi emas, baik dalam bentuk perhiasan maupun produk emas batangan.
Secara umum, Thendra mengamini bahwa peningkatan harga dan permintaan emas memberikan dampak positif terhadap kinerja bisnis dan keuangan HRTA, terutama pada segmen penjualan emas batangan.
Thendra pun optimistis kinerja penjualan HRTA bisa tumbuh sekitar 50% - 60% pada akhir tahun 2025. "HRTA memandang outlook bisnis emas tetap positif pada kuartal IV-2025. Didorong oleh sentimen ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang masih tinggi, serta tren investasi masyarakat ke safe haven," terang Thendra.
Pada sisa tahun ini, Thendra membeberkan bahwa HRTA akan fokus pada empat strategi. Pertama, penguatan ekosistem bisnis emas batangan dengan menjadi salah satu pemain utama yang mendukung ekosistem Bullion Bank Indonesia.
Kedua, peningkatan efisiensi rantai pasok dan optimalisasi kapasitas produksi melalui pabrik yang terintegrasi. Ketiga, peningkatan kolaborasi dengan tambang ternama di Indonesia. Keempat, pengembangan produk investasi dan perhiasan emas dengan desain yang otentik dan eksplorasi ETF Gold.
Baca Juga: Kejar Target Investasi Rp 70 Triliun per Tahun, Kemenparekraf: Tidak Mudah
Selanjutnya: BEI Turunkan Target IPO Jadi 45 Perusahaan pada Tahun 2025
Menarik Dibaca: Hujan Amat Lebat di Provinsi Berikut, Cek Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (30/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













