Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
Hermawan yang juga pakar marketing tersebut meyakinkan bahwa Covid-19 bisa saja selesai menjelang akhir tahun. Akan tetapi ia menekankan bisnis yang sedang tertekan untuk bertahan atau surviving. Sementara yang sedang profit untuk servicing atau memaksimalkan layanan ke pelanggan. Ia yakin semua sektor akan membaik dan tancap gas pada 2021.
Perubahan total ini juga disinggung Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh. Siapa yang cepat beradaptasi dan recovery akan menjadi pemimpin. Hal ini terkait dengan perubahan teknologi yang jauh lebih cepat daripada aspek lain.
Baca Juga: MarkPlus Tourism: Akan ada perubahan prilaku wisatawan setelah pandemi corona
"Policy untuk teknologi banyak yang belum ada. Namun kita sekarang dipaksa cepat memanfaatkan teknologi ketika krisis. Sehingga teknologi yang menjadi guidance, bukan policy," ungkap mantan Menteri Pendidikan dan Menkominfo tersebut. Ia menilai, krisis saat ini bisa menjadi fenomena ekonomi bahkan politik.
Anggapan akan krisis Covid-19 ditanggapi juga oleh pengamat finansial Eko B Supriyanto. "Kalau dipetakan, 1998 itu krisis negara. Tahun 2008 krisis korporasi. Krisis 2020 ini krisis UKM. Lebih parah karena jika UKM terkena duluan, imbasnya ke mana-mana. Ada sekitar Rp 3.000 triliun kontribusi UKM ke perbankan," ungkap Eko yang juga Pemred Infobank tersebut.
Walau begitu, Hermawan, Kemal maupun Mohammad Nuh yakin bahwa krisis adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan kesempatan. Mohammad Nuh menggambarkannya seperti menyalip di tikungan. Seperti halnya sektor ekspor impor.
Sedangkan Konsul Jenderal RI untuk Houston AS Nana Yuliana mencatat kenaikan ekspor impor antar dua negara (AS-Indonesia) pada Januari dan Februari, di mana ekspor dari AS naik 6,9% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sementara ekspor dari Indonesia juga naik 6,15%.
Baca Juga: Pengusaha logistik harus perkuat teknologi pasca wabah virus corona (Covid-19)
"Bahkan dari nilainya, AS mengalami defisit dengan Indonesia sampai Rp 22,4 triliun. Ini kesempatan bagi kita karena China sedang ditutup dan AS gencar mencari supplier baru. Belum lagi perang tarif kedua negara," ungkap Nana yang hadir dalam webinar tersebut.
Ia mencatat furnitur, bahan bakar mineral, sampai elektronik dan tekstil adalah produk yang mendominasi ekspor Indonesia ke AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News