kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hilirisasi Industri Akan Terus Dipacu Guna Meningkatkan Nilai Tambah


Selasa, 04 Januari 2022 / 13:12 WIB
Hilirisasi Industri Akan Terus Dipacu Guna Meningkatkan Nilai Tambah
ILUSTRASI. Tambang. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc/18.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan, ekspor Indonesia naik karena keberanian dalam menghentikan ekspor raw material atau bahan mentah seperti nikel.

“Dari awalnya, ekspor sekitar US$ 1 miliar-US$ 2 miliar, kini sudah hampir mencapai US$ 21 miliar. Oleh sebab itu, Bapak Presiden telah memberikan arahan untuk melanjutkan setop ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya, karena hilirisasi menjadi kunci dalam kenaikan ekspor kita,” papar Agus dalam keterangan resminya, Senin (3/1).

Ia menambahkan, hilirisasi industri akan terus dipacu untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri. Upaya ini dinilai telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, di antaranya pembukaan lapangan kerja dan penerimaan devisa dari ekspor, yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.

Jika dibandingkan dengan Januari-November 2020, kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 meningkat sebesar 35,36 persen. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak bulan Mei 2020.

Baca Juga: Menperin: Hilirisasi industri Menjadi Fokus Untuk Meningkatkan Nilai Tambah SDA

Pada Januari-November 2021, nilai ekspor dari industri manufaktur mencapai US$ 160 miliar atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 131 miliar, dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019.

Sementara itu, impor untuk bahan baku dan bahan penolong juga naik sebesar 52,6 persen. Bahan baku dan bahan penolong ini sebagai kebutuhan untuk diolah oleh industri di dalam negeri sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, Menperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5-5 persen pada tahun 2022. “Kami fokus untuk terus membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif,” tegasnya.

Agus juga menambahkan, bahwa indikator pulihnya perekonomian nasional, juga ditunjukkan dari peringkat daya saing Indonesia yang terus meningkat, baik itu dari aspek bisnis maupun digital. “Dalam posisi yang sangat berat pada tahun 2021 karena dampak pandemi, kita masih mampu naik ranking. Di aspek bisnis dan digital, naik tiga peringkat semuanya,” tutur Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×