Sumber: Kompas.com | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MRT Jakarta Optimistis sampai akhir tahun dapat mencapai target pendapatan positif di atas Rp 500 miliar.
Hingga Oktober 2019, pendapatan yang diraup senilai Rp 405 miliar dengan kontribusi terbesar berasal dari non-farebox seperti iklan, telekomunikasi, naming rights, dan penyewaan ruang ritel Rp 225 miliar.
Sementara pendapatan farebox atau dari tiket baru mencapai Rp 180 miliar dengan posisi penumpang per hari sebanyak 90.000 orang.
Pendapatan dari tiket ini masih disubsidi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam sembilan bulan, total subsidi senilai Rp 560 miliar.
Baca Juga: Mulai 1 Desember 2019 naik MRT Jakarta bisa pakai QR Code
Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan hal tersebut saat MRT Jakarta Fellowship Program, di Jakarta, Selasa (19/11).
Meski Tuhiyat optimistis PT MRT Jakarta bisa mencetak pendapatan positif, namun masih belum memuaskan, karena ongkos operasional per tahun Rp 500 miliar yang berarti marginnya terbilang sedikit.
Untuk itu, perlu upaya-upaya khusus dalam meningkatkan pendapatan non-farebox lebih tinggi lagi guna menutupi ongkos operasional.
Salah satunya adalah dengan mengembangkan Kawasan Berbasis Transit (KBT) atau transit oriented development (TOD) di sepanjang Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI.
Dari pengembangan lima TOD pertama yang akan direalisasikan, potensi pendapatan yang dapat diraih senilai Rp 240 triliun.
Angka ini jauh melebihi kebutuhan dana pengembangan lima TOD yang dihitung sekitar Rp 120 triliun.