Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - PANGKALPINANG. PT Timah Tbk (TINS), anggota dari holding pertambangan Indonesia MIND ID mengungkap, masih terkendala dalam hal pasokan timah untuk mengisi kebutuhan pabrik pemurnian atau smelter berteknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat.
Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Suhendra Yusuf Ratu Prawiranegara mengungkap, smelter TSL Ausmelt yang diresmikan pada November 2022 lalu, menjadi satu-satunya smelter pemurnian timah yang dapat mengelola timah berkadar rendah di kawasan Asia Tenggara.
Keunggulan lain dari smelter TSL Ausmelt adalah kapasitasnya yang besar, dibandingkan dengan smelter teknologi smelter yang digunakan TINS ??sebelumnya, yaitu tanur reverberatory furnance .
“Memang untuk smelter atau smelter Ausmelt kita itu dari sisi kapasitas produksinya masih cukup besar, tapi dari sisi supply supply, kita kasih itu masih kurang, itu saja, padahal kapasitasnya besar sekali,” ungkap Suhendra dalam agenda temu media di Pangkalpinang, Provinsi Bangka, Sabtu (23/08/2025).
Baca Juga: Timah (TINS) Ungkap Perubahan RKAB Jadi 1 Tahun Berdampak Positif Bagi Kinerja
Kurangnya pasokan timah ini menurut Suhendra, salah satunya karena kurangnya pasokan dari para mitra penambang legal yang bekerja sama dengan Timah Tbk, ini dipengaruhi karena tidak adanya ketentuan pasokan minimal yang harus disetor ke smelter.
“Nah , ini yang bisa dikatakan harus dioptimalkan pasokannya, itu yang kita harapkan, karena itu perjanjian mitra maka harus setor sekian-sekian untuk smelter-nya, baru bisa (memenuhi kapasitas),” jelasnya.
Dalam catatan Kontan, TIMAH sebelumnya menargetkan produksi timah sepanjang tahun ini naik 15% dibandingkan dengan produksi sepanjang tahun 2024 lalu.
Sekretaris Perusahaan Timah Rendi Kurniawan mengatakan, TINS menargetkan produksi berada di angka 21.000 ton hingga 23.000 ton.
“(Produksi) 21.000 (ton) sampai 23.000 (ton) tahun 2025. Di 2024, (produksi) 19.000 (ton) sampai 20.000 (ton), jadi naik sekitar 15%,” ungkap Rendi di Jakarta, Rabu (12/03).
Jika dibandingkan dengan kemampuan dari kapasitas TSL Ausmelt, Suhendra mengatakan, TINS masih menggunakan 30% dari kapasitas penuh smelter yang dimiliki.
“Masih di 30% yang masih dioptimalkan, makanya sisa masih banyak sekali ya, kita optimalkan semua agar dari sisi produksi PT Timah ini meningkat, karena kapasitas kita 40 ribu (ton)” tambahnya.
Dengan TSL Ausmelt Furnace, TINS diharapkan mampu mengolah konsentrat menghasilkan timah dengan kadar rendah mulai dari 40% Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton timah mentah per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.
Selain itu, dari sisi pengoperasian, TSL Ausmelt Furnace dilakukan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol.
Untuk bahan bakar dan reduktor, TSL Ausmelt menggunakan batu bara jenis Sub-Bituminus yang cenderung lebih mudah didapat di Indonesia.
Dari sisi waktu pengolahan juga relatif lebih singkat. Untuk satu batch , pengolahan Ausmelt hanya membutuhkan waktu sekitar 10,5 jam. Sedangkan pada reverberatory membutuhkan waktu 24 jam per batch.
Selanjutnya: Obrolan Soal Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Sinyal Bahaya bagi Kripto
Menarik Dibaca: Promo Chatime August Duo 25-28 Agustus 2025, 2 Chatime Large + Pearl Cuma Rp 45.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News