Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
Menurut Tri, meski produksi meningkat, tetapi permintaan juga tinggi dikarenakan banyak kementerian/lembaga hingga organisasi masyrakat yang membutuhkan beras di saat pandemi Covid-19.
"Jadi banyak orang yang datang ke sawah, mereka juga membeli. Itu pesaing Bulog, tetapi tidak masalah, itu kan masyarakat juga," kata Tri.
Kendala lainnya adalah banyak juga petani yang menahan gabah untuk kebutuhannya sendiri dan banyak petani yang sudah menggadaikan padinya lewat sistem ijon.
Meski begitu, Tri mengatakan Bulog masih berupaya terus menyerap gabah/beras tersebut.
Baca Juga: Dihantui musim kering, musim tanam pangan dipercepat
Setelah melakukan penyerapan di Juni, Tri mengatakan Bulog akan menyerap sekitar 700.000 ton hingga akhir tahun. Menurut Tri, saat ini petani yang sudah panen di bulan April-Mei, sudah mulai melakukan tanam untuk musim panen kedua.
Dengan begitu, pada akhir Agustus-September akan ada panen kembali, walaupun produksinya lebih kecil dari panen yang pertama.
"Karena itu, kalau kita serap di 600.000 ton sampai Juni, sampai Desember kita harapkan dapat lagi sekitar 700.000 ton," kata Tri.
Hingga saat ini Perum Bulog masih memiliki stok beras sebanyak 1,4 juta ton. Menurut Tri, pihaknya terus menjaga stok beras sebanyak 1 juta ton hingga 1,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News