Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak Januari hingga 16 Mei 2020, Perum Bulog telah menyerap gabah/beras sebanyak 320.000 ton dari target serapan tahun ini sebanyak 1,4 juta ton.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menerangkan, hingga Juni 2020, Perum Bulog menargetkan akan bisa menyerap gabah setara beras sebesar 600.000 ton-650.000 ton. Untuk bisa mencapai target tersebut, Bulog sudah melakukan kontrak penyerapan beras dengan berbagai mitra di berbagai wilayah.
"Jadi di beberapa daerah yang sudah panen, di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, NTB, Lampung, Jawa Bagian Selatan, kami sudah kontrak beberapa mitra kerja baik mitra besar termasuk kelompok tani, gapoktan. Harapannya, kita bisa memaksimalkan serapan sampai akhir Juni 650.000 ton," ujar Tri kepada Kontan.co.id, Minggu (17/5).
Baca Juga: Begini strategi Bulog tekan harga gula kembali ke Rp 12.500 per kg di pedagang
Tak hanya mengandalkan serapan dari mitra, Bulog mengatakan Satgas Bulog tetap turun ke lapangan untuk mencari gabah/beras di berbagai daerah. "Jadi ini untuk back up. kalau mitra gagal atau kurang, kita punya kontrak lain yang non mitra, yang dari satgas," kata Tri.
Tri optimistis Bulog bisa menyerap gabah/beras sesuai dengan target yang ditetapkan hingga Juni. Pasalnya, hingga saat ini Bulog masih bisa menyerap 10.000 ton-15.000 ton gabah setara beras per harinya. Apalagi, panen tahap pertama ini diperkirakan masih akan berlangsung sampai Juni.
Meski begitu, Tri tak menampik adanya beberapa kendala yang dihadapi Bulog dalam menyerap gabah/beras. Kendala pertama berkaitan dengan harga beras yang masih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Menurut Tri, meski produksi meningkat, tetapi permintaan juga tinggi dikarenakan banyak kementerian/lembaga hingga organisasi masyrakat yang membutuhkan beras di saat pandemi Covid-19.
"Jadi banyak orang yang datang ke sawah, mereka juga membeli. Itu pesaing Bulog, tetapi tidak masalah, itu kan masyarakat juga," kata Tri.
Kendala lainnya adalah banyak juga petani yang menahan gabah untuk kebutuhannya sendiri dan banyak petani yang sudah menggadaikan padinya lewat sistem ijon.
Meski begitu, Tri mengatakan Bulog masih berupaya terus menyerap gabah/beras tersebut.
Baca Juga: Dihantui musim kering, musim tanam pangan dipercepat
Setelah melakukan penyerapan di Juni, Tri mengatakan Bulog akan menyerap sekitar 700.000 ton hingga akhir tahun. Menurut Tri, saat ini petani yang sudah panen di bulan April-Mei, sudah mulai melakukan tanam untuk musim panen kedua.
Dengan begitu, pada akhir Agustus-September akan ada panen kembali, walaupun produksinya lebih kecil dari panen yang pertama.
"Karena itu, kalau kita serap di 600.000 ton sampai Juni, sampai Desember kita harapkan dapat lagi sekitar 700.000 ton," kata Tri.
Hingga saat ini Perum Bulog masih memiliki stok beras sebanyak 1,4 juta ton. Menurut Tri, pihaknya terus menjaga stok beras sebanyak 1 juta ton hingga 1,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News