Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahan bakar mineral menempati peringkat pertama penyokong ekspor non-migas pada September 2018. Melihat hal tersebut, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax center meminta pemerintah untuk meningkatkan volume produksi batubara.
"Posisi batubara untuk ekspor nasional sangat strategis. Bila perlu volume produksi dan ekspornya terus ditambah untuk memperkuat rupiah," ungkap Ajib Hamdani, Ketua Hipmi Tax Center, Kamis (18/10)
Tak hanya itu, Ajib juga mengatakan, batubara merupakan komoditas yang volumenya relatif muda, dipacu untuk kepentingan peningkatan ekspor dengan cepat.
Kondusifitas industri batubara perlu dijaga bila ingin surplus dagang tetap terjaga selain menekan impor.
Ajib Hamdani meminta agar pemerintah konsisten menjaga pasokan batubara untuk kepentingan ekspor.
“Kendala-kendala di lapangan untuk produksi dan distribusi batubara mesti dijaga. Jangan sampai ada gangguan-gangguan atau insiden-insiden. Sebab ini berdampak ke kinerja moneter, pelemahan rupiah," imbuhnya.
Untuk memperkuat rupiah, langka paling efektif adalah dengan menjaga neraca dagang agar tetap positif. Kebijakan ekspor harus tetap distimulus dan diberikan insentif serta regulasi pusat dan daerah mesti sinkron.
Sebelumnya, kata Ajib, untuk menenangkan amukan dolar, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) B20 (biodiesel) dan menaikkan produksi batubara sehingga bisa meningkatkan ekspor nasional. Pada tahun ini Menteri ESDM menyetujui untuk menambah produksi batubara sebanyak 25 juta ton.
Target produksi batubara tahun ini dinaikkan sebesar 485 juta ton. Dengan penambahan 25 juta ton, maka produksi batubara hingga akhir tahun dapat mencapai 510 juta ton. "Dengan kenaikan itu diproyeksikan akan terdapat tambahan devisa sebesar US$ 1,5 miliar," ucap Ajib.
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menuturkan, surplus neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor lebih besar dibanding impornya. Tercatat, ekspor di angka US$14,83 miliar dan impornya di angka US$14,60 miliar.
Nilai ekspor turun 6,58% dibanding bulan sebelumnya yakni US$15,18 miliar. Adapun ekspor migas menurun 15,8% dari US$1,43 miliar ke US$1,21 miliar, dan ekspor non migas turun 5,67% dari US$14,44 miliar ke US$13,62 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News