Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga pokok penjualan (HPP) kedelai yang rendah membuat petani kedelai enggan menanam kedelai. Alhasil, pemenuhan kebutuhan kedelai nasional bergantung pada impor kedelai dari Amerika Serikat. Menaikkan HPP menjadi jalan keluar cepat mendorong petani kedelai mau kembali menanam.
Maman Suherman,Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan, jika dihitung bersih harga jual kedelai di tingkat petani hanya Rp 5.000 per kilogram (kg).
Padahal, HPP sebesar Rp 7.700 per kg. Selisih harga ini dikenakan untuk ongkos transportasi kepada petani. Sementara di tingkat petani harga ideal kedelai sebesar Rp 8.000 per kg.
"Sulit memang untuk mengatur harga kedelai karena yang menguasai pasar adalah importir," tandas Maman, Kamis (8/1).
Pada kondisi ini, peran badan urusan logistik (Bulog) juga perlu diminta mampu menyerap kedelai petani. Agar HPP kedelai tingkat petani juga tidak anjlok.
Demi meredam impor kedelai dengan upaya peningkatan produktivitas kedelai dalam negeri. Kemtan akan mengusulkan pengenaan bea masuk atau BM kedelai impor sebesar 10% sampai 20%.
Tahun ini, Kemtan menargetkan produksi kedelai mencapai 912.000 ton naik tipis dari produksi sepanjang tahun 2014 sebesar 800.000 ton.
Padahal kebutuhan kedelai nasional saat ini sekitar 2,5 juta ton sampai 2,6 juta ton. Artinya, sebesar 1,7 juta ton harus impor. Sementara target swasembada kedelai 2017 bisa mencapai 1,2 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News