kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,21   3,88   0.43%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani kedelai merugi


Selasa, 23 Desember 2014 / 12:55 WIB
Petani kedelai merugi
ILUSTRASI. Pemerintah berencana mengurangi porsi pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp Rp 289,9 triliun./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/06/01/2021


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pengusahaan tanaman kedelai tidak profitable. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, berdasarkan Sensus Pertanian 2013 yang dilanjutkan pada 2014, total biaya atau ongkos produksi tanaman kedelai per musim tanam sebesar Rp 9,1 juta per hektar luasan panen.

"Sementara, output-nya tanaman kedelai per musim tanam untuk satu hektar luasan panen adalah Rp 9 juta," ucap Kepala BPS, Suryamin dalam paparannya, Selasa (23/12).

Artinya, rasio antara ongkos produksi dibanding output tanaman kedelai sebesar 101,11%. Suryamin mengatakan, pengusahaan paling profitable tanaman pangan ada pada padi sawah. "Profitabilitas padi sawah lebih tinggi dari tanaman pangan lain, karena rasionya lebih rendah," imbuh Suryamin.

Suryamin mengatakan, output tanaman padi sawah sebesar Rp 17,2 juta per hektar per musim, sedangkan, ongkos produksinya sebesar Rp 12,7 juta per hektar per musim, atau rasionya 73,48 persen dari output.

Sementara itu, output tanaman padi ladang sebesar Rp 10,2 juta per hektar per musim dan ongkos produksinya sebesar Rp 7,8 juta per hektar per musim, atau 76,47 persen dari output.

Adapun tanaman jagung, ongkos produksinya sebesar Rp 9,1 juta per hektar per musim, atau 75,83 persen dari output-nya yang sebesar Rp 12 juta per hektar per musim.

Dari komponen biaya produksinya, upah pekerja dan jasa pertanian mengambil porsi terbesar untuk semua jenis tanaman pangan. Ongkos terbesar kedua adalah sewa lahan. Berturut-turut berikutnya yakni pupuk, bibit, pengeluaran lainnya, sewa alat/sarana usaha, pestisida dan bahan bakar.

Suryamin mengatakan, struktur biaya yang dikeluarkan petani perlu dikontrol, komponen manakah yang terbesar. Sebab, hal ini sangat menentukan efisien tidaknya sebuah pengusahaan pertanian. "Kalau tidak efisien, bisa jadi produk impor lebih berdaya saing," ucap Suryamin. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×