kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.513   23,00   0,15%
  • IDX 7.724   -10,91   -0,14%
  • KOMPAS100 1.201   -0,63   -0,05%
  • LQ45 959   0,26   0,03%
  • ISSI 232   -0,50   -0,21%
  • IDX30 492   -0,06   -0,01%
  • IDXHIDIV20 592   0,92   0,16%
  • IDX80 137   -0,08   -0,06%
  • IDXV30 143   0,06   0,04%
  • IDXQ30 164   0,05   0,03%

idEA: Animo Belanja Online Lebih Tinggi Ketimbang Belanja di Toko Konvensional


Kamis, 02 Februari 2023 / 20:28 WIB
idEA: Animo Belanja Online Lebih Tinggi Ketimbang Belanja di Toko Konvensional
ILUSTRASI. Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) menyebut minat masyarakat akan belanja online lebih tinggi jika dibandingkan dengan belanja konvensional.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) menyebut minat masyarakat akan belanja online lebih tinggi jika dibandingkan dengan belanja konvensional. Maklum saja sejak pandemi tahun 2020, kebiasaan masyarakat untuk belanja online sudah terbangun menjadi kegiatan yang menyenangkan di sela waktu luang.

"Pertumbuhan e-commerce di Indonesia dan seluruh dunia masih tetap bertumbuh naik, meskipun pergerakannya melambat. Namun jika dibandingkan dengan belanja konvensional, belanja online masih lebih tinggi peminatnya. Ini sudah menjadi kebiasaan yang terbangun sejak pandemi," kata Ketua Umum idEA Bima Laga kepada Kontan, Kamis (2/2).

Bima mengatakan, masih tingginya animo masyarakat untuk belanja online disebabkan beberapa faktor. Misalnya, banyaknya promo yang diberikan. Selain itu masyakarat saat ini tidak bisa lepas dari gadget, sehingga waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk membuka berbagai aplikasi, termasuk aplikasi belanja online.

"Masyarakat sekarang apa-apa selalu megang gadget, sehingga kapanpun mereka bisa melakukan transaksi lewat aplikasi belanja online, ini jauh lebih efisien waktu, sambil leha-leha skrol hape dan pilih-pilih produk yang ingin dibeli," kata Bima.

Baca Juga: ​JD.ID Tutup Per 31 Maret, Siapa Pemilik JD.ID dan Total Kekayaannya?

Meskipun demikian, Bima mengakui beberapa waktu ini perusahaan e-commerce mengalami perlambatan bisnis jika dibandingkan masa pandemi sebelumnya. Ini lantaran naiknya harga biaya logistik yang mengakibatkan konsumen berpikir lagi terkait ongkos kirim yang mahal.

"Ongkis kirim menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat lumayan selektif jika mau belanja online," kata Bima.

Bima menyebut, puncak belanja online tertinggi terjadi pada saat Hari Belanja Nasional atau Harbolnas. Tahun 2022 lalu, idEA mencatat, nilai transaksi selama harbolnas mencapai  Rp 22,7 triliun. Jumlah ini naik sekita 25,41% dari tahun 2021 yang sebanyak Rp 18,1 triliun

Hingga akhir tahun lalu, pengguna aktif aplikasi e-commerce sebanyak 31 miliar orang dari 42 miliar pengguna internet aktif, atau naik sekitar 8% dari pengguna aktif tahun 2021 yang sebanyak 29 miliar orang dari 41 miliar pengguna internet aktif. Sementara itu 71% pengguna aktif internet melakukan belanja online selama 3 bulan saat Harbolnas.

Baca Juga: Tokopedia Catat Kenaikan Transaksi Belanja Online di 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×