kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IISIA Beberkan Penyebab Banjir Impor Baja di Tanah Air


Selasa, 19 April 2022 / 06:58 WIB
IISIA Beberkan Penyebab Banjir Impor Baja di Tanah Air
ILUSTRASI. baja


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja domestik masih dihadapkan dengan gempuran impor baja hingga saat ini. Pada tahun 2021, impor baja Indonesia tercatat mencapai 5,8 juta ton atau lebih tinggi 22% secara tahunan atau year on year (yoy).

Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional/The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) menuturkan, beberapa faktor yang menyebabkan impor baja tahun lalu meningkat, antara lain adanya kondisi overcapacity yang terjadi di China yang memiliki produksi sebesar 1,03 miliar ton pada tahun 2021.

Banjir impor juga terjadi karena maraknya praktik unfair trade seperti dumping dan circumvention (pengalihan kode HS).

"Faktor-faktor tersebut mengakibatkan membanjirnya produk baja, baik baja karbon maupun baja paduan impor, yang penggunaannya sama dengan baja karbon, dan memberikan dampak terhadap menurunnya utilisasi kapasitas produsen besi baja dalam negeri dan kehilangan penerimaan pajak barang impor bagi pemerintah," ujar Ketua Klaster Flat product IISIA Melati Sarnita, kepada Kontan.co.id, kemarin.

Baca Juga: IISIA: Gempuran Baja Impor Gerus Pangsa Pasar Produsen Baja Domestik

Melati bilang, dari segi harga, sebenarnya baja dalam negeri masih kompetitif, karena harga baja domestik mengacu pada harga baja internasional. Namun, masuknya produk baja impor secara unfair trade seperti halnya dumping dan atau circumvention dengan harga yang sangat rendah, menyebabkan kondisi persaingan yang terjadi tidaklah sangat sehat dan berimbang.

Kondisi itu, lanjutnya, terjadi lantaran harga dumping merupakan harga di mana tingkat harga jual ekspor jauh lebih rendah dibandingkan nilai normalnya di negara pengekspor atau asal dan sangat murah (predatory pricing).

"Kondisi ini jika tidak disikapi tentu akan mengakibatkan pangsa pasar produsen domestik semakin tergerus dan dapat mematikan atau menghambat investasi yang telah, sedang dan akan dilakukan," lanjut dia.

Di tahun 2022 ini, IISIA berharap agar impor baja dapat lebih terkendali lagi, sehingga iklim perdagangan dapat lebih kondusif dan sehat melalui kebijakan pemerintah yang berpihak.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus pada Maret 2022, Ini Dampak Positifnya

Menurutnya, bila impor dapat dikendalikan, maka investasi yang sudah ditanamkan di industri baja dapat terlindungi dan dapat memberikan hasil positif sebagaimana yang diharapkan.

Adapun, investasi industri baja yang telah ditanamkan investor baik PMDN maupun PMA hingga saat ini telah mencapai US$ 15,2 miliar atau setara Rp 215 triliun.

Kebijakan pemerintah diyakini akan membantu produsen baja nasional untuk terus meningkatkan kinerjanya, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×