Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia alias Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mengatakan, permintaan baja Indonesia terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik.
Hal ini tercermin dari data yang dirilis South East Asia Iron & Steel Institute (SEAISI). Data menunjukkan hampir seluruh negara ASEAN-Six mencatatkan laju pertumbuhan konsumsi baja dua digit pada tahun lalu. Khusus di Indonesia, konsumsi baja Indonesia pada 2016 naik 11% menjadi lebih dari 12,67 juta ton dari tahun sebelumnya 11,47 juta ton (finished steel).
Chairman IISIA Mas Wigrantoro menyebut, sektor-sektor pengguna baja yang terpenting adalah sektor konstruksi dan industri manufaktur.
Meski bertumbuh, namun Mas Wigrantoro menyebut, konsumsi baja per kapita Indonesia saat ini masih sangat rendah yaitu 49 kilogram (kg) pada 2016. "Tentu saja diperlukan upaya semua pihak untuk terus meningkatkan penggunaan baja," ujarnya di sela Musyawarah Nasional IISIA Tahun 2017 pada Rabu (15/7).
Untuk itu, IISIA mendukung kebijakan pemerintah yang mengutamakan penggunaan produk baja domestik dalam berbagai proyek infrastruktur dan energi.
Lanjut Mas Wigrantoro, industri baja masih menghadapi tantangan. Menurutnya, saat ini, baja impor masih membanjiri pasar domestik. "Tentu kami menyadari bahwa untuk beberapa spesifikasi tertentu, belum dapat sepenuhnya memasok baja yang diperlukan, akan tetapi kami berharap agar kami diberi kesempatan untuk bersaing dengan fair," imbuhnya.
IISA juga mengecam praktik mengekspor baja dengan harga dumping atau di bawah harga wajar, meski dengan dalil keterbukaan pasar. Pelaku industri berharap pemerintah dapat dengan tegas menetapkan kebijakan perlindungan perdagangan untuk produk-produk baja yang telah terbukti masuk dengan harga tidak wajar.
Industri baja nasional berupaya tumbuh dan berkembang di tengah persaingan yang semakin sengit dengan produk impor. "Kami terus berupaya membangun kapasitas baru untuk mendapatkan penghematan biaya operasi yang dimungkinkan dengan skala ekonomi yang lebih besar. Semua ini sebagai upaya kami dalam meningkatkan competitiveness industri baja dalam negeri," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News