kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.513   23,00   0,15%
  • IDX 7.724   -10,91   -0,14%
  • KOMPAS100 1.201   -0,63   -0,05%
  • LQ45 959   0,26   0,03%
  • ISSI 232   -0,50   -0,21%
  • IDX30 492   -0,06   -0,01%
  • IDXHIDIV20 592   0,92   0,16%
  • IDX80 137   -0,08   -0,06%
  • IDXV30 143   0,06   0,04%
  • IDXQ30 164   0,05   0,03%

Imbas Pelemahan Rupiah, Produsen Mamin Berpotensi Mengerek Harga Jual ke Konsumen


Selasa, 24 Oktober 2023 / 18:30 WIB
Imbas Pelemahan Rupiah, Produsen Mamin Berpotensi Mengerek Harga Jual ke Konsumen
ILUSTRASI. Produsen makanan dan minuman (mamin) menaikkan harga jual produknya ke konsumen akhir.. KONTAN/Baihaki/20/02/2023


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan kurs rupiah berpotensi membuat para produsen makanan dan minuman (mamin) menaikkan harga jual produknya ke konsumen akhir.

Belakangan ini, kurs rupiah terus melemah hingga mendekati level Rp 16.000 per dolar AS. Pada Selasa (24/10), kurs rupiah di situs Bloomberg berada di level Rp 15.849 per dolar AS.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, pelemahan kurs rupiah jelas merugikan bagi produsen mamin. Ini mengingat masih banyak bahan baku industri mamin nasional yang harus diimpor dari luar negeri.

Pelemahan rupiah juga menjadi pukulan berikutnya bagi industri mamin lantaran sektor ini juga terpapar dampak kenaikan harga dan keterbatasan pasokan gula rafinasi.

Baca Juga: Rupiah Melemah, INAPLAS Ungkap Harga Barang Jadi Plastik Bakal Naik 7,5%

Kondisi ini mengakibatkan biaya terkait produksi, energi, dan logistik para pelaku industri mamin membengkak dalam beberapa waktu terakhir. "Biaya transportasi untuk ekspor dan impor tentu ikut naik karena itu pakai dollar AS," tukas Adhi, Selasa (24/10).

Bagi para produsen mamin kelas kakap, mereka umumnya sudah punya proyeksi jangka panjang terhadap dampak pelemahan kurs rupiah. Kalaupun produsen besar hendak menaikkan harga jual produknya, secara historis langkah tersebut baru akan dilakukan pada akhir atau awal tahun. Selama penyesuaian harga belum terjadi, pihak produsen mau tidak mau harus menanggung penurunan margin laba.

Selain itu, sebelum menyesuaikan harga, tentu para produsen mamin besar harus bernegosiasi dengan pihak distributor dan ritel. "Kami juga berusaha mencari alternatif bahan baku yang tidak terlalu terdampak oleh pelemahan rupiah," ujar Adhi.

Baca Juga: Indonesia Bidik Ekonomi Halal Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menjanjikan

Di sisi lain, produsen mamin kecil cenderung lebih rentan terpapar oleh efek pelemahan rupiah dan tidak bisa berlama-lama mengurangi marginnya. Akibatnya, mereka lebih cepat dalam mengambil keputusan untuk menaikkan harga jual ke konsumen. Alternatif lainnya adalah produsen tersebut akan mengubah ukuran produk atau kemasan yang dijual ke pasar sebagai upaya efisiensi biaya pengeluaran.

Gapmmi tentu berharap kurs rupiah bisa kembali stabil atau bahkan menguat di bawah Rp 15.000 per dolar AS. Dengan begitu, para produsen mamin akan lebih mudah dalam melakukan perencanaan bisnis dan meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×