kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Imbas rupiah, Jaya Konstruksi tak berani berambisi


Jumat, 13 Desember 2013 / 09:09 WIB
Imbas rupiah, Jaya Konstruksi tak berani berambisi
ILUSTRASI. Nasabah CIMB Niaga sedang melakukan pembelian melalui fitur pembelian voucher elektronik di OCTO Clicks.


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Kondisi rupiah yang masih loyo membuat PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) tidak berani mematok pertumbuhan tinggi di tahun 2014.

Harjanto, Sekretaris Korporat PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk bilang, jika biasanya perusahaan ini mematok angka pertumbuhan per tahun berkisar 12%-15%, tahun depan paling banter hanya 10%.

Perusahaan ini mengambil asumsi ini bila kondisi rupiah masih berada di kisaran Rp 12.000 sampai pertengahan tahun depan. Pasalnya, nilai rupiah yang lemah saat ini membuat biaya operasional Jaya Konstruksi ikut membengkak. Tanpa menyebut besaran kenaikan biaya operasional, Harjanto bilang, hal ini bisa berdampak terhadap ketepatan waktu untuk menyelesaikan proyek.

Harjanto mengambil contoh, kenaikan harga komponen proyek seperti lift, eskalator, dan genset bisa membuat penyelesaian proyek terlambat. Selain itu, beberapa bahan bangunan pun turut melonjak, seperti aspal sekitar 17% dan besi sebesar 15% semenjak rupiah loyo.

Namun, Jaya Konstruksi belum melakukan eskalasi kontrak. Sebab, sekitar 60% proyek merupakan milik pemerintah. Saat ini, perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini masih menunggu keputusan Kementerian Keuangan untuk memberi restu penyesuaian kontrak.

Soalnya, kata Harjanto, Kementerian Pekerjaan Umum sudah memberi lampu hijau adanya eskalasi karena dianggap sebagai kejadian luar biasa. “Sementara ini, kami tetap jalan terus dengan asumsi pemerintah akan back up kami dan pasti akan dianggarkan tahun depan,” imbuhnya, Kamis (12/12).

Perusahaan juga sudah mulai antisipasi pelemahan rupiah ini. Misalnya mengubah desain menggunakan bahan lokal yang memiliki kualitas sama. Uniknya, dengan opsi tersebut, beberapa klien Jaya Konstruksi justru menawarkan untuk membeli sendiri bahan yang diinginkan dan kemudian dilakukan adendum terhadap kontrak.

Cara lainnya adalah optimalisasi volume, yaitu dengan pengurangan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Misalkan, pekerjaan pembangunan 10 unit untuk sementara hanya direalisasikan delapan unit karena persoalan dana.

Dengan cara ini, Jaya Konstruksi berharap, nilai kontrak baru tahun depan bisa bertambah. Kalau tahun ini kontrak baru yang dibidik sebesar Rp 4 triliun, tahun depan bisa mencapai Rp 5 triliun. Adapun hingga November 2013, Jaya Konstruksi sudah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 4,8 triliun.

Adapun proyek incaran tidak jauh berbeda dengan yang dikerjakan saat ini, yaitu proyek infrastruktur seperti jalan layang dan upaya normalisasi sungai.

Untuk antisipasi pemilu 2014, Jaya Konstruksi berusaha bermain aman dengan mengerjakan proyek yang memiliki nilai guna terhadap masyarakat. Sehingga, penyelesaian proyek terjamin. Misalnya, proyek jalan layang lintasan kereta api yang masih tahap prakualifikasi.

Adapun pendapatan perusahaan ini di kuartal III-2013 sebesar Rp 2,91 triliun atau tumbuh 19,9% dari pendapatan kuartal III-2012 sebesar
Rp 2,33 triliun. Sedangkan laba Jaya Konstruksi di periode yang sama turun tipis 3% dari periode serupa tahun lalu menjadi Rp 90,89 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×