kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor gula mentah picu pro dan kontra


Senin, 23 Mei 2016 / 17:45 WIB
Impor gula mentah picu pro dan kontra


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Keputusan pemerintah mengimpor gula mentah (raw sugar) sebanyak 381.000 ton pada bulan Mei 2016 memicu reaksi pro dan kontra di kalangan petani. Sebagian kalangan khawatir kebijakan ini akan merugikan petani di tengah ketidakpastian proyeksi kekurangan produksi gula tahun ini. Namun, sebagian petani lainnya justru senang dengan keputusan ini karena dapat membantu petani meningkatkan rendemen.

Ketua Umum Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan, petani justru diuntungkan atas impor gula ini. Sebab impor gula ini meningkatkan rendemen petani yang selama ini di bawah 8,5%. "Sebanyak 70% petani tebu itu rendemennya di bawah 8,5%," ujar Arum kepada KONTAN, Senin (23/5).

Nah, impor ini diperuntukkan untuk menjamin agar rendemen minimal 8,5%. Sebab untuk pabrik gula yang mengalami idle capacity karena kekurangan bahan baku tebu, dapat ditutupi dengan memasukkan gula mentah ke dalam proses penggilingan pabrik. Artinya raw sugar itu diproses lagi. Dengan begitu akan ada penghematan energi dan lebih efisiensi proses penggilingan.

Ia menuding pihak-pihak yang menolak impor gula mentah adalah mereka yang hanya memikirkan kepentingan pribadi dan bukan kepentingan petani. Padahal setiap tahun ada impor gula 3,5 juta ton, tapi tidak diprotes.

Di sisi lain, Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen menolak rencana impor gula mentah tersebut. Mereka mengklaim kebijakan ini justru merugikan petani di tengah belum jelasnya proyeksi kekurangan produksi gula tahun ini. Menurutnya, perkiraan produksi gula giling secara riil baru akan diketahui pada bulan Agustus, saat memasuki puncak musim giling.

"Kami khawatir stok gula 2016 melebihi kebutuhan dan akan berdampak pada penurunan harga gulan," ujarnya.

Ia menilai alasan pemerintah bahwa impor gula mentah bertujuan agar PT Perkebunan Nusantara X dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) menjamin rendemen minimal 8,5% merupakan kebijakan instan. Padahal rendahnya rendemen karena pabrik gula sudah tua dan tidak efisien lagi.

Seperti diketahui, Kementerian BUMN memberi penugasan kepada PT PTPN X melakukan impor gula mentah sebanyak 381.000 ton. Gula tersebut nantinya akan dipakai untuk meningkatkan rendemen di pabrik-pabrik gula milik lima BUMN perkebunan. Impor gula ini dilakukan agar dapat membantu petani. Lewat rendemen yang ditingkatkan dari gula mentah impor, secara tidak langsung membuat pendapatan petani dari tebu yang digiling meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×