kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor minyak Pertamina penuh keganjilan


Jumat, 23 September 2016 / 11:07 WIB
Impor minyak Pertamina penuh keganjilan


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kesalahan pengiriman minyak mentah dari Glencore Plc September ini berbuntut panjang. Pertamina bertindak cepat, memilih menunda pembelian minyak mentah dari Glencore ini.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menduga, ada yang tak beres. Makanya, ia akan mempelajari masalah ini. "Jangan sampai ada hal-hal yang berkaitan dengan upaya-upaya tidak benar. Kenapa bisa terjadi kesalahan," kata dia, di Gedung DPR Komisi VII, Kamis (22/9).

Seperti yang ditulis harian ini kemarin, dalam pembelian minyak untuk kilang Balikpapan, Pertamina memesan 70% minyak sarir (super heavy) dan 30% minyak mesla (light). Namun, pengiriman yang datang malah sebaliknya, 30% sarir dan 70% mesla.

Walhasil, kilang Balikpapan tidak bisa memproses minyak ringan, karena biasanya mengolah minyak super heavy. Mengutip Reuters (15/7), Glencore menang tender di Pertamina pada Juli lalu, untuk melakukan pengiriman September 2016 sebesar 3,35 juta barel. Dari jumlah itu, sekitar 1,2 juta barel atau dua kargo didatangkan dari Libia.

Nah, minyak dari Libia inilah yang menjadi masalah. Dwi mengklaim, tertundanya pembelian itu tidak menganggu operasional kilang Balikpapan. "Yang jelas, ketika minyak datang dan tidak sesuai yang diperjanjikan, kami tolak," kata dia.

Untung saja Pertamina belum membayar atas pengiriman dari Libia itu. "Kami sekarang enggak memakai letter of credit (L/C), jadi waktunya sebulan setelah barang terkirim," ujarnya.

Direktur Usaha Pembinaan Hilir Migas Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami bilang, pihaknya hanya memberikan rekomendasi jumlah dan jenis. "Kalau ada perubahan itu urusan korporat, kami enggak ikutan," kata dia.

Jadi, berapa besar perbedaan selisih harga dari kesalahan tersebut? Daniel S Purba Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina bilang, tidak bisa membuka harga minyak sarir dan mesla. "Harga itu bersifat rahasia," ujarnya berkelit.

Sebagai patokan, harga minyak saat ini di US$ 45 per barel. Fahmi Radhi, mantan anggota Tim Mafia Migas, mencium ada unsur kesengajaan perubahan komposisi itu. "Saya yakin, ada kerjasama antara penjual dengan oknum ISC Pertamina," kata dia. Bila ada perubahan komposisi, tak bisa diolah dan diberikan ke kilang lain akan memerlukan ongkos tambahan agar sesuai spesifikasi kilang.

Inas Nasrullah Zubir, Anggota DPR Komisi VII dari Hanura bilang, wajar jika ISC menolak pengiriman itu. "Ini pernah saya persoalkan sebelumnya," cetus Inas. Ia berharap, salah kirim ini tak berakhir seperti kasus Zatapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×