kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Impor singkong berkurang, produksi singkong mulai digeber


Senin, 26 September 2011 / 15:24 WIB
Impor singkong berkurang, produksi singkong mulai digeber
ILUSTRASI. Harga Samsung A51 yang ada di angka Rp 4 jutaan jelas sangat terjangkau jika melihat spesifikasi yang ditawarkan.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Test Test

JAKARTA. Naiknya permintaan singkong mampu mengerek kenaikan produksi. Berdasarkan perhitungan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), tahun depan produksi singkong basah diperkirakan akan naik 150% hingga 233%. Tahun ini, produksi singkong basah ditargetkan sebesar 24 juta ton. Pada tahun depan, produksi singkong basah diperkirakan mencapai 60 juta ton hingga 80 juta ton.

Ketua I, MSI, Suharyo Husen menuturkan, kenaikan produksi ini bisa terjadi. Pasalnya, pada 2012, produktivitas petani terhadap tanaman singkong basah akan meningkat dibandingkan dengan tahun ini. Selain produktivitas yang naik, tambah Suharyo juga karena adanya perluasan areal lahan singkong.

Saat ini, produktivitas rata-rata singkong hanya sekitar 20 ton per hektare (ha). Tahun depan, diharapkan produktivitas singkong bisa mencapai 50 ton per ha. "Secara bertahap produktivitas bisa dinaikkan hingga 100 sampai 150 ton per ha," kata Suharyo, Senin (26/9).

Caranya adalah MSI menganjurkan kepada petani singkong untuk menanam singkong dengan varietas unggul seperti variets darul hidayah dan mango. MSI juga akan membentuk cluster singkong sehingga tiap daerah akan menghasilkan singkong olahan yang berbeda. "Mungkin sebagian bikin mocaf dan sebagian lagi membuat tapioka seperti yang ada di Lampung," kata Suharyo.

Kenaikan produksi singkong yang signifikan ini, lanjut Suharyo akan secara perlahan bertujuan untuk mengurangi impor singkong. Selama ini, cerita Suharyo perusahaan besar seperti Indofood dan perusahaan kertas selalu mengimpor singkong. Pasar yang cukup besar ini, lanjut Suharyo harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani singkong.

"Indofood membutuhkan singkong dalam bentuk mocaf sebesar 1 juta ton. Kemudian pabrik kertas juga membutuhkan impor dalam campuran kertas sebesar 1 juta ton," kata Suharyo.

Tidak hanya permintaan dari dalam negeri, permintaan singkong dari luar negeri juga cukup besar. Ia mencontohkan seperti ada salah satu perusahaan China yang membutuhkan singkong basah sebesar 4 juta ton. Selain itu juga perusahaan Korea, pada tahun depan membutuhkan singkong basah sebesar 700.000 ton untuk kebutuhan bioethanol. "Makanya, tahun depan kita harapkan produksi bisa dua kali lipat," kata Suharyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×