kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.748   38,00   0,23%
  • IDX 8.404   37,19   0,44%
  • KOMPAS100 1.166   6,70   0,58%
  • LQ45 849   5,90   0,70%
  • ISSI 292   1,32   0,45%
  • IDX30 446   3,99   0,90%
  • IDXHIDIV20 512   2,41   0,47%
  • IDX80 131   0,73   0,56%
  • IDXV30 138   0,21   0,15%
  • IDXQ30 141   0,89   0,63%

Impor Tekstil Naik Tajam, Kontribusi Sektor TPT ke PDB Kian Menyusut


Selasa, 19 Agustus 2025 / 15:44 WIB
Impor Tekstil Naik Tajam, Kontribusi Sektor TPT ke PDB Kian Menyusut
ILUSTRASI. Lonjakan signifikan impor benang dan kain dalam delapan tahun terakhir, yang semakin menekan daya saing industri tekstil nasional.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan lonjakan signifikan impor benang dan kain dalam delapan tahun terakhir, yang semakin menekan daya saing industri tekstil nasional.

Pada 2016, total impor benang hanya 230.000 ton dan kain 724.000 ton. Namun pada 2024, angkanya melonjak hampir dua kali lipat masing-masing menjadi 462.000 ton dan 939.000 ton. 

Kuota impor tekstil diterbitkan Kementerian Perindustrian melalui Pertimbangan Teknis (Pertek) sesuai aturan tata niaga impor Kementerian Perdagangan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil Syauqi menyebut, banjir impor telah menekan kontribusi sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap ekonomi nasional. 

“Kontribusi sektor TPT terhadap PDB turun dari 1,16% pada 2016 menjadi hanya 0,99% di 2024. Neraca perdagangan TPT juga anjlok dari surplus US$ 3,6 miliar pada 2016 menjadi hanya US$ 2,4 miliar tahun lalu,” ujar Farhan dalam keterangan resmi, Selasa (19/8/2025).

Baca Juga: Dibayangi Deindustrilisasi, Industri TPT Menanti Kebijakan Pemerintah

Menurut Farhan, secara volume perdagangan, sejak 2017 neraca TPT sudah defisit 57.000 ton, dan defisitnya kian membesar akibat pertumbuhan impor yang lebih tinggi dari ekspor. 

Ia juga menyoroti bahwa data pertumbuhan industri TPT sebesar 4,35% pada kuartal II-2025 secara tahunan perlu dicermati.

“Data BPS sudah benar, tapi mereka tidak menghitung importasi ilegal yang seharusnya menjadi pengurang PDB. Selain itu, investasi mangkrak juga tidak tercatat sebagai pengurang dalam perhitungan statistik,” kata Farhan.

Meski enggan berkomentar langsung soal tuduhan adanya mafia kuota impor, Farhan mengakui anggotanya sangat terpengaruh banjirnya barang impor. 

“Perlu diselidiki lebih lanjut. Tapi dengan posisi Kemenperin yang menolak usulan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk benang filament, sepertinya mafia kuota impor itu memang ada,” imbuhnya.

Baca Juga: Industri TPT Belum Rasakan Kenaikan Indeks Manufaktur, Tunggu Efek Aturan Impor Baru

Selanjutnya: Semifinal Piala Super Saudi 2025, Al-Nassr vs Al-Ittihad: Ronaldo Siap Hattrick?

Menarik Dibaca: Real Madrid vs Osasuna di Laga Perdana La Liga, Xabi Alonso Cari Start Sempurna

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×