Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika tidak ada aral melintang, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan melaporkan hasil negosiasi pembelian participating interest (PI) 40% milik Rio Tinto di tambang Grasberg, Papua, kepada Menteri BUMN, Menteri Keuangan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Jumat (6/5), besok.
Laporan tersebut merupakan hasil penawaran Inalum terhadap Rio Tinto. Dimana dari hasil valuasi harga yang sudah dilakukan tim negosiasi, Inalum meminta diskon kepada Rio Tinto dengan skema hitungan cash out flow discount sebanyak 20%.
Seperti diketahui, Deutschebank pernah melakukan valuasi harga dari participating interest 40% itu mencapai US$ 3,3 miliar. Menurut sumber Kontan.co.id, dari harga US$ 3,3 miliar itu, Inalum meminta diskon 20%. Sehingga, harga yang ditawarkan oleh Inalum mencapai US$ 2,65 miliar.
Diskon 20% itu muncul atas biaya untuk membayar kerugian negara sebesar Rp 185 triliun akibat kerusakan ekosistim dan utang tunggakan pajak kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua.
"Tawaran yang akan diberikan sekitar US$ 2,65 miliar dengan asumsi discount 20% untuk pembayaran biaya kerusakan ekosistem dan tunggakan utang pajak," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (5/4).
Asal tahu saja, harga yang sudah dievaluasi berdasarkan diskon 20% senilai US$ 2,65 miliar itu juga berdasarkan hitungan dengan operasi tambang milik PT Freeport Indonesia (PTFI) sampai tahun 2041. Ia menduga, dengan diskon itu pihak Rio Tinto dengan terpaksa akan menyepakati.
Alasannya, karena menginginkan pengembalian uang yang sudah ditanamkan di Freeport Indonesia dengan cepat.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 1995, Rio Tinto hampir tidak pernah memperoleh bagian produksi Freeport Indonesia, lantaran volume produksi tidak pernah mencapai level yang ditetapkan yang seperti disepakati. "Karena Rio Tinto selama ini merasa dikadali oleh Freeport Indonesia," jelasnya.
Seperti diketahui dalam menghitung valuasi harga participating interest 40% Rio Tinto, Inalum memakai Morgan Stanley, PricewaterhouseCoopers (PWC) dan Dana Reksa. Sementara itu pinjaman dana untuk pengambilan Participating Interest itu akan diperoleh dari Bank asal Jepang, Amerika dan bank Nasional.
Namun sayangnya Sekretaris Perusahaan Inalum Ricky Gunawan enggan memberitahu berapa persen porsi pinjaman yang akan dilakukan oleh Inalum. "Tanya ke pak Harry saja (Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN)," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (5/4).
Tapi sebelumnya, Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin di Hotel JW Mariot beberapa waktu lalu pernah mengatakan bahwa sekarang ini capital Inalum mencapai US$ 700 juta. "Bukit Asam (PTBA anak usaha Holding Industri Pertambangan) bagus juga. Bisa diambil devidennya," jelas Budi.
Ketika dikonfirmasi mengenai penyerahan hasil negosiasi dengan Rio Tinto, Fajar Harry Sampurno mengatakan saat ini belum ada undangan lagi kepada pemerintah. Namun sebelumnya dapat dipastikan bahwa akan ada penyerahan Jumat, besok.
Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso menilai secara konsep, pembelian participating interest 40% Rio Tinto dengan skema yang dipakai saat ini cash out flow discount memang metode umum untuk membuat valuasi.
Hanya saja ada hal-hal yang perlu dimasukkan adalah risiko yang bisa menjadi validasinya berkurang. "Dan juga cash out flow discount memasukan mineral sebagai pendapatan dan artinya mineral adalah milik pemegang Kontrak Karya, padahal mineral adalah milik negara. Dan juga yang namanya kontraktor itu hanya dibayar ketika kerja, bukan menjadi pemilik mineral," tandas Budi Santoso kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News