Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indah Prakasa Sentosa Tbk optimistis bakal mengantongi pendapatan berlipat pada tahun ini. Emiten berkode saham INPS ini menargetkan pendapatan Rp 800 miliar dengan laba bersih Rp 23 miliar pada 2019. Padahal pada tahun lalu jumlah pendapatan INPS hanya sebesar Rp 318,33 miliar dan masih mencatatkan rugi.
Asal tahu saja, salah satu bisnis yang dijalankan emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 April 2018 silam ini adalah menjalani bisnis di sektor distribusi pelumas Pertamina, distribusi bahan bakar minyak dan LPG untuk retail melalui SPBU dan SPBE.
Kalau sebelumnya INPS hanya mendistribusikan produk Pertamina, kini menambah SPBU Shell yang baru dioperasikan mulai Januari tahun ini. Sehingga saat ini total SPBU INPS menjadi dua unit. Manajemen INPS menyebut, pihaknya bakal terus mengembangkan bisnis ini meski belum penambahan SPBU tak dilakukan pada tahun ini.
“Kontribusi dari SPBU juga peningkatannya cukup besar, tahun lalu hanya dari Pertamina, tahun ini kami sudah nambah satu lagi. Sehingga dengan penambahan ini kami bisa jual BBM di luar produk Pertamina,” kata Sekretaris Perusahaan INPS Karya Bakti Kaban, Jumat (12/4).
Selain itu, INPS optimistis mampu meraih pendapatan Rp 800 miliar karena pendapatan dari penjualan bahan bakar minyak (BBM) juga akan meningkat.
Melalui anak usaha PT Elpindo Reksa, INPS juga bergerak di bidang pergudangan. Nah pada tahun lalu, INPS sudah merampungkan konstruksi gudang di Jababeka. Pergudangan ini memiliki luas 1,2 hektare dan saat ini sudah mulai beroperasi serta diisi oleh PT Softex Indonesia.
Sebagai informasi, selain di Jababeka, INPS juga memiliki gudang di wilayah Cilegon, Tangerang, Jakarta, dan Cikampek, Padalarang, Samarinda, dan Medan.
Usai IPO pada 2018 lalu, INPS mengakuisisi PT Jono Gas Pejagalan yaitu perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan transportasi LPG non Subsidi.
Dari bisnis LPG, Karya bilang, dalam beberapa tahun terakhir terus tumbuh, pun untuk tahun ini diproyeksikan permintaan LPG terus meningkat. “Untuk Jono gas kontribusi sekitar 10%. Kami lihat tren perdagangan LPG tertumbuh cukup tinggi,” imbuhnya.
Dari sisi belanja modal, pada tahun ini INPS tak terlalu banyak mengalokasikan belanja modal. Karya menuturkan, belanja modal tahun 2019 sebesar Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar. Belanja modal ini bersumber dari internal perusahaan dan 60% dari pinjaman.
Sedangkan untuk alokasinya, INPS akan menggunakan belanja modal ini untuk membeli truk baru sekitar 5 unit hingga 10 unit armada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News