Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah India memangkas bea masuk dasar atas minyak nabati mentah, termasuk minyak sawit mentah (CPO) menjadi 10%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, pemotongan bea masuk tidak akan berdampak langsung terhadap peningkatan ekspor CPO Indonesia ke India.
Sebab, pungutan ekspor CPO dalam negeri juga sama besarnya bahkan naik dari 7,5% menjadi 10%.
"Rasanya kebijakan itu tidak serta merta menaikan ekspor CPO ke India, sebab pajak ekspor CPO kita juga besar. Artinya masih menguntungkan ekspor minyak sawit olahan," kata Eddy kepada Kontan.co.id, Selasa (3/6).
Baca Juga: Harga Referensi (HR) CPO Turun 7,36% di Juni 2025
Secara keseluruhan, Eddy menyebut ekspor CPO dan turunannya ke India trennya menurun sejak tahun 2023 yang mencapai 5,9 juta ton, lalu turun di tahun 2024 menjadi 4,8 juta ton.
Menurutnya, penurunan di tahun lalu lantaran harga minyak sawit lebih mahal dari minyak bunga matahari dan minyak kedelai.
Namun, Eddy melihat, pada tahun ini di bulan April harga CPO sudah jauh lebih murah jika dibandingkan dengan minyak bunga matahari dan minyak kedelai.
"Situasi inilah yang bisa menaikkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India yang menjadi importir minyak sawit terbesar kedua setelah China," kata Eddy.
Diketahui, Pemerintah India memangkas bea masuk dasar atas minyak nabati mentah menjadi 10% pada Jumat (31/5), sebagai langkah untuk menekan harga pangan domestik dan mendukung industri pemurnian minyak dalam negeri.
Pemangkasan ini berlaku untuk minyak sawit mentah, minyak kedelai mentah, dan minyak bunga matahari mentah, yang merupakan tiga jenis minyak nabati utama yang diimpor India.
Dengan kebijakan ini, total bea impor efektif atas ketiga jenis minyak tersebut—yang juga dikenai Agriculture Infrastructure and Development Cess serta Social Welfare Surcharge—turun dari sebelumnya 27,5% menjadi 16,5%.
"Ini merupakan solusi saling menguntungkan bagi konsumen dan pelaku industri pemurnian minyak nabati. Harga lokal akan turun karena pengurangan bea masuk,” kata BV Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors’ Association of India, dalam pernyataannya dikutip dari Reuters, Selasa (3/6).
Pemerintah tidak mengubah bea masuk untuk minyak nabati olahan seperti minyak sawit olahan, minyak kedelai olahan, dan minyak bunga matahari olahan yang tetap dikenakan tarif 35,75%.
Dengan adanya selisih tarif sebesar 19,25% antara minyak mentah dan minyak olahan, pelaku impor diperkirakan akan lebih memilih mengimpor minyak nabati mentah dan melakukan proses pemurnian di dalam negeri, sehingga mendorong pertumbuhan sektor industri hilir minyak nabati India.
India saat ini mengandalkan impor lebih dari 70% kebutuhan minyak nabatinya. Untuk minyak sawit, India banyak mendapat pasokan dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sementara minyak kedelai dan minyak bunga matahari diimpor dari Argentina, Brasil, Rusia, dan Ukraina.
Baca Juga: Ekspor Minyak Sawit Indonesia Capai 2,88 Juta Metrik Ton pada Maret 2025
Selanjutnya: Erajaya Buka Pemesanan XPENG G6 dan X9, Targetkan Segmen EV Premium
Menarik Dibaca: Rangkul Sinergi Masyarakat Adat untuk Jaga Hutan, GATC Gelar Three Basins Summit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News