kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indika Energy (INDY) incar kontribusi pendapatan dari non-batubara bisa sampai 25%


Senin, 08 April 2019 / 18:48 WIB
Indika Energy (INDY) incar kontribusi pendapatan dari non-batubara bisa sampai 25%


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi harga batubara membuat PT Indika Energy Tbk bergegas untuk mengungkit diversifikasi bisnis. Tak ingin menggantung bisnis di batubara semata, emiten dengan kode saham INDY, anggota indeks Kompas100 ini, bakal merentangkan rencana diversifikasi bisnis yang sudah dalam rencana perusahaan.

Targetnya, dalam lima tahun ke depan, INDY bisa mengantongi 25% pendapatan dari bisnis non batubara, dari saat ini baru 20%. Managing Director and Chief Executive Officer (CEO) PT Indika Energy Tbk Azis Armand menyebut, sejumlah strategi telah dan sedang dijalankan Indika untuk menggaruk pendapatan non batubara.

Pertama,  diversifikasi bisnis dengan masuk ke Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU) Cirebon unit II lewat anak usaha, PT Cirebon Electric Power. “Saat ini dalam tahap financial closed,” ujar Azis kepada media, Senin (8/4).

Targetnya, PLTU ekspasnsi II berkapasitas 1.000 megawatt ini akan selesai tahun 2022 mendatang dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pembeli listrik yang dihasilkan oleh Tanjung Jati A ini dengan harga 5,5 sen dollar per kWh.

Kedua, membangun tangki penampung minyak alias  fuel storage. Pembangunan tangki dengan kapasitas  100 juta liter  ini akan memakan investasi sebesar US$ 108 juta. “Financial close (dengan kreditur) sudah terjadi akhir 2018 lalu, tepatnya 31 Desember,” ujar Azis.

Tepat pada 31 Desember 2018, Indika Energy meneken kesepakatan fasilitas pinjaman sebesar US$ 75 juta dengan PT Bank Mandiri Tbk, MUFG Bank, LTd, ICICI Bank Limited untuk pembangunan tangki penampungan minyak tersebut.

Fasilitas penampung minyak yang berlokasi di Kariangau, Kalimantan Timur akan digunakan oleh PT ExxonMobil Lubricant Indonesia, dengan kontrak 20 tahun serta opsi perpanjangan 10 tahun. Targetnya, tangki I ini akan rampung dibangun kuartal II 2020.

“Harapan kami, ke depan, ini akan menjadi pendapatan recurring bagi perusahaan karena ini sektor yang lebih stabil,” ujar dia. Makanya, Indika tak menutup kemungkinan untuk membangun atau memperbesar kapasitas tangki ke depan jika ada kontrak dengan perusahaan migas lainnya.

Ketiga, masuk sektor tambang lain. Catatan Kontan.co.id, lewat mekanisme private placement, Indika mengakuisisi 19,9% saham perusahaan tambang asal Australia, Nusantara Resources pada akhir tahun 2018.

Cadangan tambang emas perusahaan ini mencapai 1,2 juta ounce emas. Mulai berproduksi tahun 2021, tambang emas ini ditargetkan mampu produksi 100.000 ounce emas setahun. Jika target itu tercapai, ini artinya, Indika punya waktu 10 tahun ini untuk mengeduk emas dari ladang Awak Emas, bersama Nusantara Resources.

Produksi tetap, penjualan kuartal I lebih mini

Dari tiga diversifikasi bisnis yang tengah berjalan, Indika nampaknya baru akan mengeduk tambahan pendapatan mulai tahun 2020. Meski begitu, Indika berharap kinerja tahun ini bakal bertumbuh lebih baik.

Indikasinya, sampai kuartal I 2019, produksi batubara perusahaan ini masih sesuai target yakni 9 juta ton per kuartal. Meski begitu, penjualan batubara pada kuartal I di bawah periode yang sama  2018. “Kuartal 1 2018, ada carry over dari tahun sebelumnya,” jelas Azis.  Ini mengakibatkan penjualan pada kuartal 1 2019  nampak lebih rendah. 

Tak menyebut angka, Azis menyebut, produksi batubara  tahun ini akan kurang lebih sama dengan sepanjang tahun 2018  yakni  34juta -36 juta ton. Fluktuasi harga batubara yang berubah sangat cepat terus menjadi pantuan perusahaan. “Yang jelas, kami akan terus lihat apa yang harus dilakukan perusahaan di tahun ini untuk antisipasi segala kemungkinan, termasuk melihat efisiensi yang bisa kami lakukan,” imbuh  Chief Financial Officer (CFO) Indika Energy Retina Rosabai.

Seraya terus mencermati fluktuasi harga batubara, Indika saat ini masih menggunakan rujukan harga Newcastle sebesar US$ 85 per metrik ton dalam proyeksi kinerjanya. Adapun perbandingan antara volume masa batuan yang dibongkar dengan batubara diambil alias stripping 6,3 kali.  

Meski harga dalam tren menurun, Retina menyebut, ekspansi tetap dilakukan Indika sepanjang tahun ini. Tahun ini, perusahaan ini mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 315 juta, nyaris dua kali lipat dibanding 2018 yang mencapai US$ 162,8 juta.

Lebih detail, perincian belanja modal antara lain:  untuk Indika Resources US$ 12,1 juta,  Kideco US$ 7,7 juta, Petrosea US$ 177,2 juta, MBSS US$ 11,7 juta, Tripatra US$ 10 juta, hingga untuk proyek fuel storage US$ 94,6 juta.  “Petrosea terbesar karena ada pergantian alat lama dengan alat yang baru,” ujar Retina kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×