kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Indikator Ekonomi Melemah, Aksi Merger dan Akuisisi di Indonesia Bisa Lebih Menantang


Selasa, 10 September 2024 / 05:28 WIB
Indikator Ekonomi Melemah, Aksi Merger dan Akuisisi di Indonesia Bisa Lebih Menantang
ILUSTRASI. KPPU menyebut, ada 114 notifikasi merger dan akuisisi di Indonesia pada semester I-2024


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi merger dan akuisisi korporasi di Tanah Air diperkirakan lebih menantang pada semester II-2024 seiring kondisi ekonomi nasional yang diliputi ketidakpastian.

Baru-baru ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyebut, ada 114 notifikasi merger dan akuisisi di Indonesia pada semester I-2024. Angka ini tumbuh tipis dari realisasi semester I-2023 yakni 107 notifikasi.

Kepala Biro Humas dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur menyampaikan, realisasi notifikasi merger dan akuisisi ini turut dipengaruhi oleh penyempurnaan regulasi melalui Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2023. 

Beleid ini memperkenalkan sistem penyampaian notifikasi secara elektronik, mengatur ketentuan penghitungan nilai aset/penjualan pada aset/penjualan yang ada di Indonesia, percepatan masa pemeriksaan kelengkapan dokumen, dan pelaksanaan Sidang Majelis Komisi untuk hasil penilaian secara menyeluruh.

Baca Juga: Merger Angkasa Pura I dan II, Erick Thohir Jamin Tidak Ada PHK

“Untuk tahun 2024 aktivitas notifikasi merger dan akuisisi yang mendominasi antara lain sektor perkebunan, energi dan pertambangan, telekomunikasi, aplikasi, dan jasa internet,” kata Deswin, Kamis (5/9).

Dia memprediksi, sektor telekomunikasi dan jasa internet berpotensi kembali ramai dengan aktivitas merger dan akuisisi pada sisa tahun ini. Hal ini didukung oleh peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia yang sangat membantu kinerja industri tersebut.

Tren serupa kemungkinan juga akan terjadi di sektor energi dan pertambangan. Pasalnya, hilirisasi di sektor pertambangan terus didorong pemerintah, sehingga kegiatan ekspansi di sektor ini cukup ramai.

Dalam catatan Kontan.co.id, ada beberapa contoh korporasi yang terlibat dalam aksi merger dan akuisisi, baik yang sudah tuntas ataupun masih berproses sepanjang tahun ini. Misalnya, Holding BUMN Pertambangan, Mind ID, telah menyelesaikan transaksi akuisisi sekitar 14% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dari Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) pada awal Juli 2024.

Baca Juga: MNC Capital Bakal Akuisisi Vista Outdoor di Harga US$ 43 Per Saham

Masih di sektor tambang, ada PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melalui American Anthracite SPV I, LLC, anak perusahaan PT Bukit Makmur Internasional telah menandatangani perjanjian pembelian saham untuk akuisisi Atlantic Carbon Group, Inc. (ACG). Transaksi senilai US$ 122,4 juta ini tuntas pada Juni 2024.

Di sektor teknologi, publik dihebohkan dengan akuisisi TikTok Shop terhadap 75,01% saham Tokopedia pada akhir Januari lalu. TikTok pun turut berinvestasi Rp 23 triliun di Tokopedia secara jangka panjang.

Tak ketinggalan, ada PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang berencana merger dengan Pt Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang mana prosesnya masih berlangsung sampai saat ini. Merger kedua emiten telekomunikasi ini ditargetkan rampung pada akhir 2024.

Baca Juga: Merger & Akuisisi Makin Ramai di Tahun 2024, Sektor Energi dan Tambang Jadi Primadona

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, seiring adanya indikasi The Fed akan menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuan, hal ini bisa memicu keyakinan pelaku usaha untuk mengeksekusi agenda merger dan akuisisi.

Di sisi lain, sejumlah indikator makro ekonomi nasional sedang melemah. Mulai dari penurunan kinerja industri manufaktur, deflasi, volatilitas nilai tukar, hingga pelemahan daya beli masyarakat.

Kondisi tersebut justru bisa membuat pelaku usaha berhati-hati untuk merealisasikan merger dan akuisisi. Ditambah lagi, pelaku usaha tentu sangat mempertimbangkan potensi permintaan pada masa mendatang setelah aksi merger dan akuisisi dilakukan.

"Perusahaan juga tidak mau pendapatan mereka anjlok pasca merger dan akuisisi," tandas dia, Jumat (6/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×