Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) optimistis penjualan di paruh kedua tahun ini akan lebih baik dari semester I-2022. Pasalnya, jelang akhir tahun biasanya proyek swasta maupun pemerintah biasanya akan dikejar penyelesaiannya dan ini akan mendorong permintaan semen
Adapun INTP memperkirakan pertumbuhan penjualan sebesar 2%-4% hingga tutup tahun. Proyeksi ini lebih konservatif dari proyeksi awal. Sebelumnya, INTP memperkirakan pertumbuhan penjualan di tahun 2022 di kisaran 4%-5%.
“Terkait dengan proyeksi pertumbuhan yang kami revisi menjadi 2%-4%, tentunya kami lakukan agar menjadi lebih realistis sehubungan dengan paruh waktu tahun ini yang sudah berjalan lebih dari tujuh bulan,” terang Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP Antonius Marcos.
Jika diakumulasikan, penjualan INTP selama tujuh bulan pertama 2022 sekitar 8,7 juta ton. Capaian ini masih turun 3% dibanding dengan realisasi di periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Indocement Tunggal (INTP) Catatkan Penurunan Volume Penjualan 3% Hingga Juli 2022
Menurut Marcos, penurunan penjualan ini disebabkan karena INTP mulai melakukan kenaikan harga jual semen secara bertahap sejak awal tahun. Akibatnya, di beberapa area penjualan, kenaikan harga ini mendapatkan reaksi yang negatif terhadap pertumbuhan volume penjualan semen.
“Ini adalah sesuatu yang umum terjadi saat harga dinaikkan,” terang Marcos
Di sisi lain, emiten produsen semen merk Tiga Roda ini juga telah meneken beberapa kontrak batubara dengan harga domestic market obligation (DMO). Menurut Marcos, tentunya hal ini akan sedikit banyak membantu mengurangi kenaikan ongkos energi Indocement.
Asal tahu, kinerja INTP mengalami penurunan sepanjang enam bulan pertama 2022. Indocement membukukan laba bersih Rp 291,54 miliar di semester I-2022. Realisasi ini turun 50,3% dari laba bersih yang diraup Indocement pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan laba bersih ini terjadi di saat INTP membukukan kenaikan pendapatan, dimana INTP membukukan pendapatan senilai Rp 6,91 triliun, naik 3,75% dari pendapatan di semester pertama 2021 sebesar Rp 6,66 triliun.
Salah satu penekan kinerja INTP adalah naiknya beban-beban. Beban pokok pendapatan misalnya, pada semester pertama 2022 naik 12,5% dari semula Rp 4,57 triliun menjadi Rp 5,14 triliun.
Kenaikan beban pokok ini disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batubara dan harga bahan bakar minyak (BBM) industri. Akibatnya, marjin laba bruto turun menjadi 25,6% di semester pertama 2022 dari sebelumnya 31,4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News