Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Indoferro berupaya mempercepat kegiatan konstruksi pembangunan pabrik pemurnian (smelter) Nickel Pig Iron (NPI) unit II di Kawasan Industri Cilegon, Banten. Proyek smelter berkapasitas 250.000 ton per tahun diharapkan bisa uji coba operasi mulai Februari 2016.
Direktur Indoferro Jonatan Handjojo menjelaskan saat ini pembangunan smelter NPI tahap II ini sudah mencapai 70%. Selain itu, tahapan kegiatan instalasi mesin-mesin smelter saat ini sudah memasukkan mesin ke dalam proyek. "Prosesnya memang kami percepat. Mesin sudah dilapangan karena proses pengiriman dari China juga cepat," kata Jonatan kepada KONTAN, Kamis (22/10).
Dalam proyek smelter unit II ini, Indoferro menunjuk China National Machinery Import and Export Corporation (CMC) sebagai pelaksana konstruksi. "Kami menargetkan Januari 2016 ini, mesin-mesin tersebut sudah bisa dioperasikan," Jelasnya.
Bahkan ia memastikan, pada Februari 2016 pihaknya sudah bisa mengoperasikan smelter tersebut. "Komisioning kami percepat dari target April 2016 ke Februari 2016," jelasnya. Dengan tambahan unit baru tersebut, kapasitas produksi smelter milik Indoferro akan meningkat menjadi 500.000 ton NPI per tahun.
Selain NPI, Indoferro juga menghasilkan logam lain berupa pig iron yang hasil produksinya disuplai ke pabrik baja induk usahanya Growth Steel Group di Sumatera Utara. Nantinya, seluruh produksi NPI smelter ini akan dijual ke pasar ekspor. Maklum pasar domestik belum mampu menyerap produk bahan baku untuk produk stainless steel ini. Adapun tujuan ekspor produk tersebut sebagian besar ke India, Turki, Korea Selatan, China dan Taiwan.
Sebagai catatan, Indoferro merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang mengoperasikan smelter NPI. Pabrik unit I yang memproduksi nikel batangan dengan unsur paduan mineral lain seperti besi, krom, dan mangan mulai beroperasi sejak pertengahan 2012 silam. Meski sudah merealisasikan pabrik dan menjadi pioner pembangun smelter Jonatan menyayangkan pemerintah tidak memberikan keringanan pajak atau tax holiday kepada Indoffero.
Selain itu, Indoferro juga mengklaim selalu menuruti keinginan pemerintah dalam kegiatan ekspor yakni menggunakan latter of credit (L/C). Ia menjelaskan, penggunaan L/C dilakukan untuk ekspor ke China, Korea Selatan dan Taiwan sedangkan ekspor ke di semenjung Timur Tengah, dan India masih memakai telegraphic transfer (TT).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News