Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri buka suara terkait rencana pemerintah meningkatkan impor minyak dan gas (migas) dari Amerika Serikat (AS) pada Desember 2025.
Simon mengatakan, pembahasan detail impor migas dari AS saat ini masih menunggu aturan resmi pemerintah.
“Soal impor migas AS, pembahasannya masih menunggu peraturan,” kata Simon ditemui di Kompleks DPR RI, Rabu (19/11/2025).
Meski begitu, Simon memastikan Pertamina telah menyiapkan langkah antisipatif agar kilang dan rantai pasok siap menerima pasokan baru tersebut. “Ya, kita harus siap,” ujarnya saat ditanya soal kesiapan kilang domestik.
Baca Juga: Kementerian ESDM Buka Suara Soal Bea Keluar Emas 15% yang Berlaku pada 2026
Dia menambahkan, skenario impor migas dari AS masih terus dikaji. “Yang penting kita siapkan semua kemungkinan," tambahnya.
Sebelumnya, pemerintah memastikan impor minyak mentah dari AS bakal mulai meningkat Desember 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut langkah ini bagian dari strategi negosiasi tarif resiprokal dengan pemerintah AS.
Selama ini Indonesia lebih banyak mengimpor liquified petroleum gas (LPG) dari AS. Namun mulai Desember mendatang, pemerintah berencana memperluas pembelian komoditas energi.
“Kalau LPG kan sudah berjalan, kemudian minyak kemungkinan besar di Desember ini sudah bisa ada yang start dari sana,” kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Meski begitu, Bahlil belum merinci skema pengadaan migas AS, termasuk pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut impor dapat dilakukan tanpa proses lelang.
Baca Juga: Korea Selatan Putuskan Gabung PPCA, Bagaimana Nasib Pasar Batubara Indonesia?
“Nanti kita akan lihat skemanya, ya. Coba tanya ke Pak Airlangga,” kata Bahlil.
Pertamina sejatinya sudah membuka jalur kerja sama dengan perusahaan energi AS. Melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina meneken tiga nota kesepahaman pengadaan feedstock dan kilang secara business to business (B2B) dengan ExxonMobil Corp., KDT Global Resource LLC., dan Chevron Corp.
Asal tahu saja, Negeri Paman Sam kini menetapkan tarif 19% bagi Indonesia, turun dari sebelumnya 32% sebelum kedua negara membuka kembali meja perundingan.
Salah satu kesepakatan yang telah diteken dalam koordinasi RI–AS mencakup kebijakan impor gas minyak cair (LPG) hingga BBM jenis bensin dengan nilai mencapai US$15 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor migas Indonesia sepanjang 2024 mencapai US$36,27 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar US$10 miliar berasal dari impor minyak mentah dan US$25,92 miliar dari hasil minyak dan gas.
Baca Juga: Freeport Percepat Pemulihan Tambang Grasberg, Produksi Ditarget Meningkat 2026
Untuk komoditas LPG, Indonesia mengimpor 6,89 juta ton pada 2024 dengan nilai US$ 3,78 miliar. Amerika Serikat menjadi pemasok terbesar dengan volume 3,94 juta ton senilai US$ 2,03 miliar. Selain dari AS, suplai LPG Indonesia juga datang dari Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Arab Saudi, hingga Aljazair.
Sementara itu, porsi impor minyak mentah Indonesia dari AS masih terbilang kecil jika dibandingkan total realisasi impor tahun lalu. Impor minyak mentah dari AS hanya sekitar US$430,9 juta sepanjang 2024. Mayoritas pasokan minyak mentah Indonesia masih berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, hingga Australia. Adapun impor BBM lebih banyak dipenuhi dari kilang di Singapura.
Selanjutnya: Pertamina Rampungkan Konsolidasi Empat Sektor Usaha dalam Ekosistem Danantara
Menarik Dibaca: Ini 5 Kripto Top Gainers saat Pasar Rebound, MYX Finance Jawaranya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













