Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah membuka peluang untuk meningkatkan impor minyak dan gas (migas) dari Amerika Serikat (AS) untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.
Menanggapi rencana tersebut, PT Pertamina International Shipping (PIS) menyatakan bakal menyiapkan strategi berupa bekerja sama dengan mitra dan menyiapkan armada.
Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra mengungkapkan, sejauh ini rencana peningkatan impor migas dari AS masih dalam tahap pembahasan di level pemerintah dan internal Pertamina Group. Karena itu, belum ada keputusan resmi yang diterima oleh PIS untuk segera menambah armada kapal.
Baca Juga: Jurus Pemerintah Tekan Tarif, RI Bakal Kerek Impor LPG dari AS hingga 85%
“Untuk saat ini karena memang rencananya belum begitu kita terima dengan clear, sejujurnya belum [ada penambahan armada]. Tapi mungkin kalau memang itu menjadi dari garis atau rencananya si Pertamina Group kita dari sisi investment no problem, kita bisa switch dengan mudah,” kata Eka ditemui di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Selasa (27/5).
Meski demikian, Eka menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah opsi apabila rencana impor tersebut benar-benar terealisasi. Salah satunya adalah dengan menjalin kerja sama bersama mitra pelayaran agar pengangkutan migas bisa dilakukan dalam waktu cepat.
Baca Juga: Pertamina International Shipping (PIS) Angkut 30.400 Ton Baja ke Cilegon
“Kita akan menggunakan kapal yang beda, plus mungkin ya kerja sama dengan yang bisa dalam waktu cepat ya,” jelasnya.
Saat ini, PIS mengoperasikan sejumlah kapal untuk mengangkut liquefied petroleum gas (LPG) dari Amerika ke Indonesia. Total ada 11 kapal yang beroperasi dan yang milik sendiri kurang dari separuhnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bilang pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan pemerintah AS untuk menambah volume impor migas.
"Tim negosiasi dengan pemerintah Amerika. Dan kemarin tim saya dengan tim dari Kemenko lagi membahas," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (2/5).
Bahlil menjelaskan, saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 59% kebutuhan LPG dari AS dan sekitar 6%-7% untuk crude oil (minyak mentah). “Nah itu yang kita akan tingkatkan nanti setelah ada keputusan bersama,” pungkasnya.
Selanjutnya: Begini Strategi Telkom (TLKM) Kerek Harga Sahamnya
Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News