kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia jajaki ekspor beras ke Papua Nugini


Kamis, 26 Maret 2015 / 13:56 WIB
Indonesia jajaki ekspor beras ke Papua Nugini
ILUSTRASI. SInopsis drama Korea Evilive dan jadwal tayangnya yang dibintangi oleh Shin Ha Kyun, Shin Jae Ha, dan Kim Young Kwang.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Indonesia menjajaki ekspor beras ke Papua Nugini. Letak geografis yang dekat diyakini akan membuat Indonesia mudah merebut ekspor beras di Papua Nugini yang selama ini dikuasai Australia.

Direktorat Jendral (Dirjen) Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat, pasar beras di Papua Nugini sangat terbuka untuk Indonesia. Selama ini, Papua Nugini amat bergantung akan beras asal Australia. Sisanya disokong oleh Thailand dan Vietnam.

Indonesia berpeluang merebut pasar beras Papua Nugini. Nantinya, beras yang akan dikirim ke Papua Nugini adalah jenis beras premium dan beras jenis tertentu. Saat ini, Indonesia memproduksi beras beras unggul lokal seperti beras organik, beras ketan hitam dan beras premium.

Yusni Emilia Harahap, Dirjen P2HP Kemtan mengatakan, beras unggul Indonesia begitu digemari oleh pasar internasional. Selain rasa dan aroma yang khas sebab Indonesia diuntungkan dengan kekhasan letak geografis.

"Beras premium memang masih sedikit diproduksi dalam negeri. Namun bukan berarti petani kita tidak mampu memproduksi. Hanya memang karena penanganannya khusus, jadi budidayanya masih sedikit," tandas Emilia.

Saat ini, kedua negara tengah saling menjejaki kemungkinan untuk Indonesia dapat ekspor beras ke Papua Nugini dan belum mencapai kata sepakat untuk volume beras yang akan diekspor.

Selama ini, Indonesia mengirimkan produk pertanian seperti buah, tembakau, sayur, ikan, kopi, teh, kacang dan kakao ke Papua Nugini. Hanya saja, dari sisi nilai perdagangan kedua negara yang terbilang kecil. Pada tahun 2014 nilai perdagangan antara dua negera baru mencapai US$ 206,6 juta.

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pertanian mencatat volume ekspor tanaman pangan pada Januari 2015 turun 61,3% menjadi 24.220 ton dari Januari tahun 2014 sebesar 62.304 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×